Langsung ke konten utama

Postingan

SILATURRAHMI

SILATURRAHMI  Diatas kendaraan roda dua terus melaju Di bawah naungan langit penuh keberkahan. Menuju Pondok pesantren, taman ilmu nan lapang, Tempat jiwa-jiwa muda menempa keteguhan. Salam terucap hangat dari bibir berseri, Tangan-tangan bersatu dalam erat silaturahmi. Sohibul Ma'had menyambut dengan senyum suci, Menjadi cermin akhlak dan hati yang bersih. Sayup-sayup bacaan ayat Al-Qur'an merdu terdengar, Menembus kalbu, menyejukkan setiap jiwa yang mendengar. Kitab - kitab kuning itu menjelma menjadi cahaya, Menyinari jiwa-jiwa dalam hidup bijaksana Para ustadz menutur petuah berharga, Laksana mata air di tengah dahaga. Kami datang bukan hanya membawa rindu, Tapi juga ingin bertukar dan berbagi ilmu Silaturahmi ini bukan sekadar kunjungan, Ia jembatan hati, dan pengikat persaudaraan. Untuk temukan ketenangan, Dan harapan tumbuh dalam kedamaian. Serta memberi solusi untuk majunya Madrasah-Madrasah kami. Semoga setiap nafas dan tutur kata dalam Musyawarah kita Menjadi ladang p...

HEMBUSAN FITNAH DI LAYAR KITA

 HEMBUSAN FITNAH DI LAYAR KITA Dalam sunyi layar yang memancar terang, Hembusan angin datang tanpa suara. Bukan harum wangi atau sejuk tenang, Tapi fitnah yang menari dalam kata. Ia menyelinap lewat jempol yang gesit, Menyulut bara dari sekam prasangka. Satu kalimat, sepotong bait, menjadi badai di dunia maya. Tak dikenal, tak disapa, Namun dihakimi seolah nyata. Kebenaran dikubur, Oleh komentar yang penuh luka. Fitnah bukan sekadar dusta, Ia racun yang lambat membunuh jiwa. Prasangka bukan sekadar sangka, Ia kaca retak yang tak lagi jernih menangkap bayang benda-benda. Kita ering lupa bahwa di balik avatar, Ada hati yang juga bisa hancur. Bahwa setiap unggahan dan ujar, Dapat menjadi peluru yang tak terukur. Maka, wahai jemari yang menulis dan membagi, Berhentilah sejenak dalam sunyi. Timbanglah kata sebelum terbang tinggi, Agar angin media sosial tak menjadi topan yang abadi. @  M. Abu Said Husein, Simo, Kamis, 8 Mei 2025.

IN MEMORIAM BAPAK NURUL HUDA

IN MEMORIAM BAPAK NURUL HUDA (Pengawas/ Pendamping Madrasah Kab Boyolali). Lima bulan lalu,  Tepat di tanggal 9 Oktober lalu kita bersua dalam canda. Diatas Rumah Apung sederhana. Semangatmu masih tampak menyala. Mendorong untuk majunya Madrasah swasta. Kini engkau telah kembali kepada Sang Maha. Tugas penghambaan di dunia telah purna. Dalam batas waktu yang tidak kita ketahui. Dalam keadaan, yang kita tak sanggup memprediksi. Selamat jalan Bapa Sebagai saudara dalam satu jiwa Dari tempat yang berbeda. Aku hanya mampu menyumbang dengan kidung do'a. Semoga engkau mendapatkan tempat yang mulia di sisi Sang Maha. Damai dan bahagia di alam penantian Dalam ridha dan ampunan Tuhan. Hingga memasuki "Nirwana". Bersama para Pecinta Al-Mustafa. Bi wasilati qira'ati al-fatehah semoga do'a ini diijabah Sang Maha.

SONOLAYU BERSAKSI

SONOLAYU BERSAKSI Di hamparan rumput Sonolayu Aku dengar semangat menyala dan bergema Sebagai tekad untuk Indonesia berjaya Dalam satu aksi moderasi beragama Dari Kementerian Agama Boyolali kita. Dari pojok Sonolayu Aku dengar pidato sederhana Dengan semangat menjuntai ke angkasa Pidato ingatkan perbedaan sebagai keniscayaan Dan Keragaman sebagai sebuah kekuatan Dengan moderasi beragama sebagai jembatan Menuju Indonesia emas, yang telah dicita-citakan Sinar pagi memompa semangat bersama Menyapu segala bentuk prasangka Mengajak untuk melihat dengan mata terbuka  Tentang Nusantara kita Indah bagai lukisan penuh warna Ribuan suku bangsa  Ribuan ragam bahasa  Dan beragam kepercayaan dan agama Tertoreh indah dalam kanvas Nusantara  Dalam harmoni rukun antar sesama.  Dari pojok gerbang Sonolayu Aku dengar cintamu Aku saksikan semangatmu Lima ribu Warga Kementerian Agama Boyolali suarakan amanat untuk rukun dan bersatu.  Dan Sonolayu menjadi saksi atas cintamu. 🟢...

SELAMAT MILAD KE-112

 SELAMAT MILAD KE -112 Waktu  terus melaju Tak terasa telah Satu abad lebih dua belas tahun usiamu. Engkau lebih tua dari Republik kita. Dan tak terhitung kontribusimu untuk bangsa. Dari Kauman Yogyakarta engkau bermula. Berjalan Pelan tapi pasti Engkau tebarkan pencerahan ke seluruh penjuru negeri. Nama besarmu terbangun dari kesalehan. Untuk kemajuan dan kemanusiaan. Untuk Indonesia kita berjaya Untuk Islam sebagai rahmat semesta. Dalam usiamu yang semakin tua. Kiprahmu semakin terlihat jelas dan nyata. Untuk Indonesia Raya. Untuk Islam berjaya Untuk kemanusiaan di seluruh belahan dunia. Fajar pencerahan terus engkau pancarkan Tak rapuh termakan usia. Tetap tegar dan  Tak terkoyak, serta terus memancar. Walau tangan-tangan oportunis tak berhenti mencakar.  Walau para hipokrit terus menerus merusak nalar Di hari lahirmu aku berkata Selamat milad kereta kita Untuk terus memperbaharui tekad bersama. Di seratus dua belas tahun usia  Semoga Engkau terus berjaya. Un...

HARAMKAH ENGKAU SEJAHTERA ?

 HARAMKAH ENGKAU SEJAHTERA ?  Dengan pelan engkau kayuh sepeda tua. Dan berjalan kaki lalui belantara. Engkau tak pernah menyerah melawan lelah.  Dan engkau terus berusaha membunuh resah. Cita mulia menghiasi dada Mengajarkan anak-anak Indonesia tentang huruf-huruf dan angka.  Juga melatih kemampuan mereka dalam berbahasa  Dalam bingkai etika Nusantara.  Demi Indonesia berjaya Walau besar gajimu, tak cukup untuk makan dalam tujuh hari.  Namun kerjamu tak berbeda dari guru Pegawai negeri. Engkau tetap menjalani dengan cinta.  Demi Indonesia berjaya.  Dalam diam aku bertanya  "Haramkah engkau sejahtera ?.  Karena tak tergolong Pegawai negara. Haramkah engkau berposisi sama, sesama Pembangun SDM Bangsa ? Bukankah berjuta tokoh nasional kita lahir dari rahim sekolah swasta ?. Entalah....... Aku tak mengerti, Kemana nalar penguasa negeri pergi ? Dan dimana rasa kemanusiaan mereka bersembunyi ? # Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 5 November 2...

TUANKU LIHATLAH SUPRIYANI-SUPRIYANI KITA

TUANKU, LIHATLAH SUPRIYANI-          SUPRIYANI KITA Wahai tuan-tuan calon penguasa Tahukah engkau tentang Pahlawan baru kita Supriyani namanya Ikon guru terzalimi di tanah Republik kita  Supriyani...... Guru SD bukan pegawai negeri Telah lebih dari lima belas tahun mengabdi Ia langkahkan kaki setiap pagi Untuk sirami tunas-tunas negeri Semua untuk majukan SDM bangsa kami  Walau satu bulan gajimu Tak cukup untuk makan tujuh hari Namun engkau tetap tabah menjalani Sebagai bentuk cintamu untuk anak-anak negeri. Mendadak hati kami tergores luka Saat mendengar kabar tentangmu di rundung duka Engkau yang gigih menanamkan benih etika dalam hati anak-anak bangsa Justeru dijerat denda lima puluh juta Atas dakwa, dan prasangka tanpa fakta Aku melihat berjuta Supriyani  Terseok-seok di berbagai pelosok negeri Tertindas oleh sistem, dan tergilas oleh roda ekonomi Dalam hati aku bertanya-tanya  Adakah penghargaan baginya, yang telah berjasa ? Begitu aku b...

SUPRIYANI BUKAN PEGAWAI NEGERI

 SUPRIYANI BUKAN PEGAWAI NEGERI Supriyani...... Guru SD bukan pegawai negeri Telah lebih dari lima belas tahun mengabdi Ia langkahkan kaki setiap pagi Untuk sirami tunas-tunas negeri Semua untuk majukan SDM bangsa kami  Walau satu bulan gajimu Tak cukup untuk makan tujuh hari Namun engkau tetap tabah menjalani Sebagai bentuk cintamu untuk anak-anak negeri. Mendadak hati kami tergores luka Saat mendengar kabar tentangmu di rundung duka Engkau yang gigih menanamkan benih etika dalam hati anak-anak bangsa Justeru dijerat denda lima puluh juta Atas dakwa, dan prasangka tanpa fakta Aku melihat berjuta Supriyani  Terseok-seok di berbagai pelosok negeri Tertindas oleh sistem, dan tergilas oleh roda ekonomi Dalam hati aku bertanya-tanya  Adakah penghargaan baginya yang telah berjasa ? Begitu aku bertanya kepadamu para Penguasa Atau tak perlu ada ? Atau biarlah guru honorer dan guru swasta meregang nyawa  Atau biarlah guru honorer sekarat dan tak berdaya Selanjutnya teta...

PESAN DARI KAMI

PESAN DARI KAMI  Dari detik ini Dari hari ini  Dari Bulan ini  Engkau telah resmi Sebagai Pemimpin sebuah negeri. Setelah pelantikan itu terjadi Layaknya seorang Politisi ternama Maka, aku juga turut ucapkan selamat untuk Tuan berdua Walau aku bukan siapa-siapa Bukan kerabat jauh, apalagi saudara dalam genetika Namun, aku dan engkau berdua  Adalah sama sebagai sebuah Bangsa Yaitu, Indonesia tercinta Negeri Indonesia kita  Adalah Negeri dengan beragam agama Negeri dengan beragam seni dan budaya Maka satukanlah mereka dalam cinta Harapan anak-anak negeri bertumpu kepadamu Engkau tak sekedar presiden Partai Gerindra Tetapi, engkau presiden dan Wakil Presiden Indonesia Kami ucapkan Selamat kepada engkau berdua Bapak Prabowo dan Mas Gibran Rakabuming Raka Telah resmi sebagai Pemimpin Indonesia Maka, dengarkan pesan kami rakyat Indonesia Bersikaplah adil untuk semua Membuka kritik dari siapa saja Dan tidak otoriter, tetapi bijaksana Dalam setiap kebijakan, maupun impl...

POLITIK SERIBU WAJAH

 POLITIK SERIBU WAJAH Entah mengapa ? Engkau beli "Kitab hitam" itu. Entah telah berapa Bab engkau membaca. Dan mengimplementasikan dalam dunia politik kita. Engkau telah miliki "ajian seribu wajah". Dari "wajah Drakula" hingga "wajah pendeta". Hingga kami menjadi tak mengerti. Yang mana strategi ?. Dan yang mana jati diri ? Wajah dan gerakmu tampak tak ada beda. Dalam mimbar-mimbar politik. Maupun aksi nyata di PEMILU kita. Kami tak mengerti  Sungguh kami tak mengerti. Antara "hipokrit" dan "jati diri" Maka lahir prasangka di dada kami. Telah "buram" mata kami memandang. Semua warna menjadi sama. Tak lagi ada warna biru  Tak lagi ada warna hijau Dan tak lagi ada warna lainnya. Kecuali abu-abu yang tampak di mata. @ Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 27 Sept 2024 waktu pagi.

NASAB KITA

 NASAB KITA Nasabku Nasabmu Nasab kita, adalah sama Nasab dari bapak Adam dan Ibu Hawa Nasabmu Nasabku Dan nasab kita adalah sama Bukanlah dari nasab monyet atau pun kera Aku ..... Kamu...... Dan kita ...... Tak ada yang lebih mulia Kecuali dalam takwa kepada Sang Maha Kecuali dalam kebaikan, dan hormat untuk sesama Engkau Kyai..... Engkau Habib..... Atau Sayyid....... Atau siapa saja Adalah mulia ketika takwa menjadi jiwa Ketika kasih dan kebaikan untuk sesama menjadi jubahnya.  Engkau Kyai...... Engkau Habib...... Atau Sayyid....... Atau siapa saja Akan menjadi ternista Ketika kejahilan bertahta dalam jiwa. Ketika lisan tidak terjaga dan suka menghina Dan ketika empati terhadap sesama tak lagi ada @ Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 16 Juni 2024. 

SELAMAT MILAD MUHAMMADIYAH KE 115 H

  SELAMAT MILAD MUHAMMADIYAH KE-115 H Muhammadiyah itu namamu Engkau ......... Satu dari dua Benteng utama Peradaban Nusantara Benteng Republik Indonesia tercinta. Engkau telah cukup tua dalam usia. Seratus lima belas dalam hitungan tahun hijrahnya nabi  Sejak Muhammadiyah berdiri Dalam seratus lima belas tahun usia usia Engkau setia dan ikhlas membangun Indonesia. Dengan berpuluh ribu lembaga pendidikan Anak-anak bangsa engkau cerahkan. Dengan ribuan Rumah sakit. Anak-anak Bangsa engkau sehatkan.  Maka...... Terimakasih aku ucapkan dengan cinta Aku berharap dan berdoa Kiprah mu lestari sepanjang masa. Wisdom tetap menjadi jiwa. Dengan Al-Qur'an sebagai Panduan utama. Bersama cahaya Muhammad al-Mustafa yang tertancap di dada. Tetaplah moderat dalam pemikiran Tetaplah moderat dalam aksi di tengah kemajemukan. Tetaplah menjadi pencerah peradaban  Dan tetaplah menjadi pelindung kemanusian Dalam semesta yang berperikemanusiaan dan berkeadilan. Jangan izinkan fanatisme me...

SELAMAT JALAN TUAN

 SELAMAT JALAN TUAN Delapan ratus juta jiwa Keluar dari rumah-rumah mereka Mengibarkan bendera duka Untuk pemimpin yang dicinta Sayyid Ebrahim Raisi Sang Pemimpin negara Mereka turun ke jalan karena kehendak Tuhan. Mereka turun ke jalan untuk menghormat Sang Pahlawan Yang gugur di pegunungan Azerbaijan. Ucapan duka juga datang dari tokoh-tokoh dunia di berbagai negara. Untuk pahlawan Islam pembela Palestina  Untuk Pembela kemanusiaan yang disingkirkan Untuk Pembela keadilan yang dikuburkan. Untuk Pembela "ruh Islam yang dicampakkan". Menyaksikan tayangan ulang  jenazahmu disholatkan Oleh ratusan ribu kepala yang menyimpan duka. Entah mengapa ? Mataku turut berkaca-kaca. Seperti pulahan tahun silam Saat saksikan prosesi pemakaman Prof. Baharudin Lopa Sang Pendekar keadilan. Saat saksikan Prof. Syafi'i Ma'arif dikebumikan. Saat saksikan Gusdur diantar para Santri menghadap Tuhan. Serta berderet nama Pendekar kemanusiaan. Selamat jalan Pejuang keadilan Selamat jalan pahl...

UNTUKMU GURU AKU BERDO'A

 UNTUKMU GURU AKU BERDO'A Entah kemana etika pergi Dan tara Krama menjadi langka Banyak manusia mengumbar ambisi Dan menyuburkan prasangka  Saat takdir kematian itu datang bersamaan Dua guru dan sembilan siswa gugur dalam pengabdian Dalam mengembangkan cakrawa hati dan pikiran Namun sayang, kegiatan bhaktimu digunjingkan Cuitan prasangka terus mengalir di media sosial kita. Lisan menghujat, Solah suci dan bersih dari dosa Beralamat untuk para guru Indonesia  Yang mulai dilupakan jasa-jasanya. Dari balik jendela Aku dengar rintih duka Bukan karena gaji kecil yang ia terima Tetapi, nyanyian ketidak percayaan yang terus dilantunkan Pengabdian untuk negeri yang diragukan Untuk mu guru..... Dari balik jendela aku turut berdoa Semoga ikhlasmu tetap menyala di dada Walau gajimu setara dengan sepuluh bungkus ditergen Dayya Walau harga dirimu sedang diinjak-injak oleh mereka. Yang gagal menangkap fakta Yang amnesia terhadap kiprahmu dalam membangun bangsa. Mereka lupa, tentang sia...

ZAMAN KITA

 ZAMAN KITA Entah zaman apa namanya saat ini Saat setiap fenomena lahir dalam kontradiksi Zaman ketika jumlah sarjana meningkat Tetapi, akal sehat terlihat semakin terikat Zaman ketika dunia kesehatan melaju cepat Tetapi, kualitas kesehatan manusia semakin buruk, dan sekarat Zaman ketika metode pendidikan terus ditingkatkan Tetapi, moralitas generasi baru semakin terlindas. Zaman taklim agama menjamur dimana-mana  Tetapi, maksiat dan kriminalitas tak berhenti menjadi juara Entah mengapa ini terjadi ? Adakah ia sebuah tanda Tentang zaman kita yang telah tua. Tentang tanda hancurnya dunia yang hampir tiba Atau ada kesalahan dalam Pendidikan Tinggi kita. Atau ada kesalahan dalam Pendidikan dasar kita Atau ada kesalahan dalam kegiatan di majelis taklim kita Mungkinkah fenomena ini menggila  Karena etika telah sekarat dan hampir mati di hampir di segala sisi Etika terhimpit kapitalisme dalam semua kondisi Dan ikhlas pun sulit untuk tegap sendiri. @Ma'ruf Abu Said Husein, Boyol...

ATAS NAMA DEMOKRASI

 ATAS NAMA DEMOKRASI Sejak semula Jauh hari sebelum puncak pesta tiba Mereka telah saling tuding tak ber-etika Saling tuding melanggar aturan dalam pesta Hari pesta telah lama beranjak pergi Telunjuk mereka tetap saling tuding dan enggan berhenti Ada apa di kepa-kepala mereka ? Entahlah, aku tak mengerti Mungkinkah "wisdom" telah mati Hatinya tercengkeram gurita ambisi. Mereka ramai saling berkata-kata Kalian curang telah melanggar aturan permainan. Politik uang,   Memainkan kekuasaan,  Dan menyebarkan fitnah,  Serta berderet kalimat kecurangan yang saling dilontarkan. Kami rakyat biasa  Wajar jika kami kecewa Ketika selesai pesta, tak lagi tersisa tertawa Ekonomi masyarakat lesu Sebab ketidakpastian tak segera berlalu. Bosan kian hadir menggurita di dada kami Ketika mereka enggan berhenti bernyanyi Dendangkan syair dan nada penuh ambisi Atas nama sebuah demokrasi @ Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 21 Maret 2024.

AKU PINJAMKAN KEPADAMU SERATUS RIBU

 AKU PINJAMKAN KEPADAMU SERATUS RIBU   Aku datang kepadamu Aku perkenalkan diriku Sebagai pahlawan Sebagai Pembela kebenaran Hingga empat belas Februari tahun ini   Aku yakinkan dirimu dengan janji-janji Yang engkau dengar dan saksikan bersama di mimbar terbuka Maupun di layar kaca yang tersembunyi di balik saku celana     Tak hanya itu Aku pinjami engkau seratus ribu Selanjutnya terserah aku Seperti persetujuanmu   Jangan pernah salahkan aku Jika negara tak maju Jika undang-undang tak berpihak padamu Dan engkau menjadi tumbal kekuasaan ku   Saat topengku aku buka Engkau tak boleh kecewa Engkau harus menerima Sebab engkau akan mengalami “tuna kuasa”.   @Ma’ruf Abu Said Husein, Simo, 7 Februari 2024          

DEBAT PERTAMA PARA CALON RAJA

 DEBAT PERTAMA PARA CALON RAJA Debat pertama telah dibuka Debat para calon raja dihadapan para pandita Kami rakyat pinggiran Menyaksikan dari kejauhan. Diam-diam, kami mulai mebaca nalarmu Adakah nalarmu berpijak pada fakta Atau sekedar menyajikan ide-ide utopia Yang hanya tampak indah, tetapi selalu terbang tinggi bersama kepak sayap kata-kata. Diam-diam, kami mengeja jiwa para calon raja Apakah engkau bijaksana Atau menyimpan bergudang amarah dibalik tampilan mempesona. Dan senyum yang terkesan terpaksa. Diam-diam, kami menafsir gestur dan gerak tubuhmu Apakah engkau jujur Atau suka menipu Bersama kicau merdu yang mendayu-dayu Dengan janji-janji kosong sebagai mantra sihirmu. Diam-diam kemi mulai mengerti Bahwa diantara anda, mempunyai hobi berkelahi Engkau tak menyuguhkan keunggulan gagasan untuk kemajuan Tetapi lebih suka menghakimi, dan membunuh kepribadian Untukmu para tuan calon raja Walau kami bukan jajaran para pandita Izinkan kami menitip pesan untuk anda semua. Tampilkan...

SEPOTONG RASA

 SEPOTONG RASA Di tengah bising suara Cuat-cuit anak-anak bersuka ria di Taman Wisata Terdengar burung camar terbang datar  Dan menyampaikan sepotong kabar Tentang percik api yang akan membakar kapal. Aku bersegera melompat dan berlari Tinggalkan raga seorang diri. Entah mengapa ? Sepotong bayangan menusuk tubuhku beulang kali Saat mataku menghilang dan bersembunyi Delapan tahun aku tak mengerti Tentang sebuah ekspresi. Ekspresi lampiaskan cinta atau benci. Atau entah apa lagi Ini hanyalah sepotong rasa Yang lahir dari bergudang berita Perlahan aku mulai belajar mengeja Dan membaca tanda-tanda yang tersisa. Tentang benci yang bersembunyi Tentang cinta yang tak lagi nyata Berserakan diantara puing-puing canda dan tawa yang tak utuh bentuknya Terkubur dalam lembaran-lembaran hari Dan tersimpan rapi dalam laci yang terkunci @ Ma’ruf Abu Said Husein, Umbul Pelem, Klaten, 11 Des 2023.

MILAD MUHAMMADIYAH KE -111

 MILAD MUHAMMADIYAH KE-111 Muhammadiyah  Engkau ......... Satu dari dua Benteng utama Peradaban Nusantara Benteng NKRI tercinta. Engkau telah cukup tua dalam usia. Seratus sebelas dalam hitungan Masehi Sejak Muhammadiyah berdiri Selama waktu usia Engkau setia dan ikhlas membangun Indonesia. Dengan berpuluh ribu lembaga pendidikan Anak-anak bangsa engkau cerahkan. Dengan ribuan Rumah sakit, Anak-anak Bangsa engkau sehatkan.  Maka...... Terimakasih kuucapkan dengan cinta Aku berharap dan berdoa Kiprahmu lestari sepanjang masa. Wisdom tetap menjadi jiwa. Dengan Al-Qur'an sebagai Panduan utama. Bersama cahaya Muhammad al-Mustafa yang tertancap di dada. Tetaplah moderat dalam pemikiran Tetaplah moderat dalam aksi di tengah kemajemukan. Tetaplah menjadi pencerah peradaban Dan tetaplah menjadi pelindung kemanusian Dalam semesta yang berkeadilan. Jangan izinkan fanatisme membabi buta Menginap di rumah kita  Walau hanya satu malam saja Jangan izinkan kedangkalan dan “kekakuan...