HEMBUSAN FITNAH DI LAYAR KITA
Dalam sunyi layar yang memancar terang,
Hembusan angin datang tanpa suara.
Bukan harum wangi atau sejuk tenang,
Tapi fitnah yang menari dalam kata.
Ia menyelinap lewat jempol yang gesit,
Menyulut bara dari sekam prasangka.
Satu kalimat, sepotong bait,
menjadi badai di dunia maya.
Tak dikenal, tak disapa,
Namun dihakimi seolah nyata.
Kebenaran dikubur,
Oleh komentar yang penuh luka.
Fitnah bukan sekadar dusta,
Ia racun yang lambat membunuh jiwa.
Prasangka bukan sekadar sangka,
Ia kaca retak yang tak lagi jernih menangkap bayang benda-benda.
Kita ering lupa bahwa di balik avatar,
Ada hati yang juga bisa hancur.
Bahwa setiap unggahan dan ujar,
Dapat menjadi peluru yang tak terukur.
Maka, wahai jemari yang menulis dan membagi,
Berhentilah sejenak dalam sunyi.
Timbanglah kata sebelum terbang tinggi,
Agar angin media sosial tak menjadi topan yang abadi.
@ M. Abu Said Husein, Simo, Kamis, 8 Mei 2025.
Komentar
Posting Komentar
http://docs.google.com/form/d/e/1FlpQLSccIIPZXwEvXGNfeQuue-SSiD5c0_eMs2LkpRjZpz22WpEG2w/viewform