Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2025

AMNESIA SEJARAH PEJABAT KITA

 AMNESIA SEJARAH PEJABAT KITA Sebelumnya Maaf Bu Menteri, Dengan terpaksa aku berkata, Mungkin agak tajam, tapi demi kebaikanmu dan Indonesia kita,  Tentang lidahmu yang tergelincir di mimbar negeri, kau bilang guru hanyalah beban, seperti karung kosong ditaruh di pundak anggaran. Ah, rupanya kau lupa, Bahwa dahulu tangan renta guru yang menuntunmu mengeja huruf, dari abjad hingga angka kas negara, Dan kini engkau bisa duduk di singgasana kebijakan. Maaf, betapa murah kata-katamu, namun mahal air mata para guru, kau ludahi telapak tangan yang pernah menyuapi pikiranmu. Wahai pengidap amnesia sejarah, kau durhaka pada rahim ilmu, pada seragam lusuh di ruang kelas, pada kapur yang habis demi masa depanmu. Aku ingin katakan, bahwa Guru bukanlah beban, merekalah penopang negeri yang ringkih, tercengkeram kebodohan. Sedang kau— beban ingatan bangsa, yang tega menghapus jasa dengan kalimat "Guru telah menjadi beban negara". @. Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 20 Agustus 2025.

DIRGAHAYU REPUBLIK KITA

 DIRGAHAYU REPUBLIK KITA  Malam ini...... Di bawah langit yang dulu kelam oleh peluru, Kami berdiri—diam, tertunduk, haru, Mengenang kalian, para tubuh yang rebah Demi mimpi yang kini kami genggam lemah. Terima kasih, wahai  jiwa-jiwa yang gugur— Doa kami tak pernah cukup membalas luhur. Tanah ini basah oleh darah dan air mata, Oleh nyanyian ibu yang kehilangan anaknya. Kami tahu, kalian tak menuntut apa pun selain merdeka, Kini Republik kita telah berdiri, megah di atas janji yang mulia. Tuhan, terima kasih atas anugerah ini, Kemerdekaan yang ditanam dengan luka suci. Namun, Sungguh kami malu berkata: "Kami telah menjaga." Sebab di kursi para pejabat negeri, di meja-meja kuasa, Ada tangan-tangan yang tak berhenti mencuri di balik senyap, Mengoyak warisan  dengan tawa yang gelap. Di mana hati mereka ketika bendera dikibarkan? Di mana nurani saat sumpah diucapkan? Kami menangis bukan karena perayaan, Tapi karena janji yang pelan-pelan dikhianati zaman. Pejabat berlimp...

IBRAH DIBALIK RAGA YANG TERSIKSA.

 IBRAH DIBALIK RAGA YANG TERSIKSA. Saat tubuh lemah tak berdaya, bagai perahu reyot dihempas badai, nafas maju-mundur mengguncang raga, panas dan dingin bergantian menyulam perih di setiap hela. Dingin tak henti mengikat  dada, rasa itu menancap tanpa jeda, seperti tamu tak tahu waktu, mengetuk dari dalam, menggetarkan seluruh ruang jiwa. Namun di sela detak yang remuk, aku temukan bisikan halus: bahwa setiap derita adalah kitab terbuka, huruf-hurufnya tercetak dari sabar yang diuji, dan syukur yang menanti. Maka, meski raga merintih, jiwa belajar menunduk, menyerap hikmah dari luka, sebab sakit hanyalah pintu menuju pengertian yang lebih dalam tentang rapuhnya aku, dan kokohnya Dia Sang Maha. @ Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 15 Agustus 2025.

PRAMUKA DAN API BANGSA

 PRAMUKA DAN API BANGSA Di bawah bendera Merah-Putih yang berkibar, kami berdiri tegak, menyulam janji pada tanah tercinta. Pramuka bukan sekadar seragam dan tanda, tapi jiwa yang ditempa oleh disiplin, kerja, dan setia. Langkah kami menapak di jalan terjal pembangunan, mengangkat batu harapan, memahat masa depan. Setiap simpul tali adalah ikrar kesetiaan, setiap obor adalah cahaya perjuangan. Di hutan, di lapangan, di tengah riuh kota, kami belajar arti kerja sama dan persaudaraan. Bangsa besar dibangun dari jiwa yang rela berkorban, dari hati yang tak lelah mengabdi dalam diam. Pramuka mengajarkan, membangun bangsa bukan hanya mimpi, tapi kerja sunyi yang diulang tanpa henti. Dan kami, generasi muda, siap menjadi api abadi, yang menghidupkan cita-cita hingga bumi Nusantara tersenyum bangga.  @ Ma'ruf Abu Said Husein, 13 Agustus 2025

MEMENUHI UNDANGAN BUPATI PATI

 MEMENUHI UNDANGAN BUPATI PATI Telah ramai di media sosial kita Tentang suara rakyat Pati yang menolak kesewenang-wenangan. Tentang rakyat Pati yang menolak dimarginalkan. Tentang rakyat Pati memenuhi undangan Bupati sebagai tantangan Sepertinya bakal ada gelombang masa  Di bawah langit kelabu yang menggantung cemas, rakyat Pati akan mengalir seperti sungai yang mencari muara, membawa suara yang tak lagi bisa dibungkam oleh pagar besi dan lidah-lidah ancaman. Di setiap langkah, ada kenangan tentang kebijakan yang dipaksakan, tentang keringat yang direbut tanpa rasa empati di dada, tentang janji yang dikubur dalam diamnya kekuasaan. Aku mulai  membayangkan sebuah hari Yang akan datang dua hari lagi,  Yaitu di 13 Agustus, dua hari lagi terjadi Rakyat Pati akan membuka suara, pada undangan terbuka suara mereka seperti tak lagi sekadar kata, ia menjadi dentang lonceng perlawanan, menembus telinga yang pura-pura tuli, menyentak jantung yang telah lama membatu. Bendera-ben...

LUKA DIBAWAH SERAGAM

 LUKA DIBAWAH SERAGAM Di tanah basah, nama itu terpatri— Prada Lucky, bukan hanya sekedar seragam, tetapi sosok anak manusia yang pulang terlalu cepat, dengan napas dirampas tangan kekuasaan. Bibir negeri pun gemetar menyebut kata keadilan, namun ia sering gugur sebelum sampai ke meja putusan. Hukum berjalan, tapi tertatih-tatih pincang; Kebenaran dikuburkan, kesalahan "diamankan". Kami bertanya, berapa banyak darah harus tumpah sebelum penguasa sadar bahwa nyawa bukanlah pion di papan catur? Prada Lucky, namamu kini menjadi nyala lilin di hati yang enggan padam. Dan kulihat nyala itu adalah perlawanan terhadap lupa, dan doa agar kesewenang-wenangan tak lagi singgah di tubuh negeri yang dikenal ramah ini.  @ Ma'ruf Abu Said Husein, 11 Agustus 2025

Deep Learning dan Jejak Pikiran Dalam Lapisan Gagasan

 "Deep Learning dan Jejak Pikiran Dalam Lapisan Gagasan" Di hamparan data yang tak bertepi, pikiran buatan menapaki jejak-jejak angka, menyulam makna dari riak-riak informasi dengan benang logika yang tak pernah lelah. Setiap lapisan, adalah cermin rahasia, menyaring dunia menjadi pola dan suara, belajar dari bayang-bayang masa lalu untuk menebak cahaya yang akan datang. Neuron-neuron sunyi itu saling berbisik, menyimpan kebenaran di antara bobot dan bias, hingga akhirnya, pengetahuan tumbuh bukan dari hafalan, tetapi dari pemahaman yang berlapis-lapis. Dan di sanalah, Deep Learning mengajarkan kita: bahwa belajar bukanlah sekadar tahu, tetapi mampu melihat inti makna di balik ribuan wajah kenyataan. @ Ma'ruf Abu Said Husein, Andong 9 Agustus 2025

*Guru dan Pendidikan Ziarah Kubur*

 Hari ini saya mendengar Ketua Majelis Dikdasmen dan PNF  yang bercerita tentang dakwah dengan perspektif kebudayaan, Beliau memberikan contoh, guru SMK Muh. 2 Andong yang melakukan pembelajaran di makam.  Kisah ini menginspirasi untuk membuat deskripsi imajinatif, tentang sosok Pengajar yang menyampaikan pembelajaran sambil berziarah.  *Guru dan Pendidikan Ziarah Kubur* Di bawah teduh pohon kamboja, guru itu menuntun langkah murid-muridnya, menyusuri lorong sunyi di antara nisan, sambil menuturkan pelajaran yang tak tertulis di buku. “Anak-anakku,” ujarnya lembut, “lihatlah nama-nama yang terukir di batu, mereka pernah seperti kita— tertawa, bekerja, dan bermimpi.” Ia menunjuk tanah yang basah oleh embun, “Di sinilah dunia berhenti memanggil, dan amal menjadi bahasa terakhir, yang tak pernah pudar oleh waktu.” Setiap desah angin membawa pesan, bahwa hidup adalah perjalanan pulang, dan kematian bukanlah akhir, melainkan gerbang menuju pertemuan sejati. Murid-murid it...