DIRGAHAYU REPUBLIK KITA
Malam ini......
Di bawah langit yang dulu kelam oleh peluru,
Kami berdiri—diam, tertunduk, haru,
Mengenang kalian, para tubuh yang rebah
Demi mimpi yang kini kami genggam lemah.
Terima kasih, wahai jiwa-jiwa yang gugur—
Doa kami tak pernah cukup membalas luhur.
Tanah ini basah oleh darah dan air mata,
Oleh nyanyian ibu yang kehilangan anaknya.
Kami tahu, kalian tak menuntut apa pun selain merdeka,
Kini Republik kita telah berdiri, megah di atas janji yang mulia.
Tuhan, terima kasih atas anugerah ini,
Kemerdekaan yang ditanam dengan luka suci.
Namun, Sungguh kami malu berkata: "Kami telah menjaga."
Sebab di kursi para pejabat negeri, di meja-meja kuasa,
Ada tangan-tangan yang tak berhenti mencuri di balik senyap,
Mengoyak warisan dengan tawa yang gelap.
Di mana hati mereka ketika bendera dikibarkan?
Di mana nurani saat sumpah diucapkan?
Kami menangis bukan karena perayaan,
Tapi karena janji yang pelan-pelan dikhianati zaman.
Pejabat berlimpah, dan rakyat kecil terus terpinggirkan,
Sementara korupsi terus menjalar seperti akar yang tak terlihat tapi terus mencengkeram erat.
Negeri ini memang telah merdeka, tapi dirampas tanpa peluru.
Dirampas para Penipu
Kami rakyat Indonesia selalu setia.
Di dada masih berkibar merah putih yang diam-diam berdoa.
Untuk keberanian baru, untuk kejujuran yang kembali suci,
Untuk negeri yang mencintai tanpa menyakiti.
Dirgahayu, Indonesia—mungkin kami belum layak merayakanmu,
Tapi akan terus berjuang agar layak mencintaimu.
MERDEKA. ADIL UNTUK SEMUA !!!
@ Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 15 Agustus 2025
Komentar
Posting Komentar
http://docs.google.com/form/d/e/1FlpQLSccIIPZXwEvXGNfeQuue-SSiD5c0_eMs2LkpRjZpz22WpEG2w/viewform