Hari ini saya mendengar Ketua Majelis Dikdasmen dan PNF yang bercerita tentang dakwah dengan perspektif kebudayaan, Beliau memberikan contoh, guru SMK Muh. 2 Andong yang melakukan pembelajaran di makam. Kisah ini menginspirasi untuk membuat deskripsi imajinatif, tentang sosok Pengajar yang menyampaikan pembelajaran sambil berziarah.
*Guru dan Pendidikan Ziarah Kubur*
Di bawah teduh pohon kamboja,
guru itu menuntun langkah murid-muridnya,
menyusuri lorong sunyi di antara nisan,
sambil menuturkan pelajaran yang tak tertulis di buku.
“Anak-anakku,” ujarnya lembut,
“lihatlah nama-nama yang terukir di batu,
mereka pernah seperti kita—
tertawa, bekerja, dan bermimpi.”
Ia menunjuk tanah yang basah oleh embun,
“Di sinilah dunia berhenti memanggil,
dan amal menjadi bahasa terakhir,
yang tak pernah pudar oleh waktu.”
Setiap desah angin membawa pesan,
bahwa hidup adalah perjalanan pulang,
dan kematian bukanlah akhir,
melainkan gerbang menuju pertemuan sejati.
Murid-murid itu terdiam,
membaca keheningan seperti membaca kitab,
sementara sang guru tersenyum tipis,
mengetahui hari ini mereka belajar
tentang arti hidup… dari yang telah pergi.
Andong, 9 Agustus 2025.
Komentar
Posting Komentar
http://docs.google.com/form/d/e/1FlpQLSccIIPZXwEvXGNfeQuue-SSiD5c0_eMs2LkpRjZpz22WpEG2w/viewform