Langsung ke konten utama

Postingan

TUANKU LIHATLAH SUPRIYANI-SUPRIYANI KITA

TUANKU, LIHATLAH SUPRIYANI-          SUPRIYANI KITA Wahai tuan-tuan calon penguasa Tahukah engkau tentang Pahlawan baru kita Supriyani namanya Ikon guru terzalimi di tanah Republik kita  Supriyani...... Guru SD bukan pegawai negeri Telah lebih dari lima belas tahun mengabdi Ia langkahkan kaki setiap pagi Untuk sirami tunas-tunas negeri Semua untuk majukan SDM bangsa kami  Walau satu bulan gajimu Tak cukup untuk makan tujuh hari Namun engkau tetap tabah menjalani Sebagai bentuk cintamu untuk anak-anak negeri. Mendadak hati kami tergores luka Saat mendengar kabar tentangmu di rundung duka Engkau yang gigih menanamkan benih etika dalam hati anak-anak bangsa Justeru dijerat denda lima puluh juta Atas dakwa, dan prasangka tanpa fakta Aku melihat berjuta Supriyani  Terseok-seok di berbagai pelosok negeri Tertindas oleh sistem, dan tergilas oleh roda ekonomi Dalam hati aku bertanya-tanya  Adakah penghargaan baginya, yang telah berjasa ? Begitu aku b...

SUPRIYANI BUKAN PEGAWAI NEGERI

 SUPRIYANI BUKAN PEGAWAI NEGERI Supriyani...... Guru SD bukan pegawai negeri Telah lebih dari lima belas tahun mengabdi Ia langkahkan kaki setiap pagi Untuk sirami tunas-tunas negeri Semua untuk majukan SDM bangsa kami  Walau satu bulan gajimu Tak cukup untuk makan tujuh hari Namun engkau tetap tabah menjalani Sebagai bentuk cintamu untuk anak-anak negeri. Mendadak hati kami tergores luka Saat mendengar kabar tentangmu di rundung duka Engkau yang gigih menanamkan benih etika dalam hati anak-anak bangsa Justeru dijerat denda lima puluh juta Atas dakwa, dan prasangka tanpa fakta Aku melihat berjuta Supriyani  Terseok-seok di berbagai pelosok negeri Tertindas oleh sistem, dan tergilas oleh roda ekonomi Dalam hati aku bertanya-tanya  Adakah penghargaan baginya yang telah berjasa ? Begitu aku bertanya kepadamu para Penguasa Atau tak perlu ada ? Atau biarlah guru honorer dan guru swasta meregang nyawa  Atau biarlah guru honorer sekarat dan tak berdaya Selanjutnya teta...

PESAN DARI KAMI

PESAN DARI KAMI  Dari detik ini Dari hari ini  Dari Bulan ini  Engkau telah resmi Sebagai Pemimpin sebuah negeri. Setelah pelantikan itu terjadi Layaknya seorang Politisi ternama Maka, aku juga turut ucapkan selamat untuk Tuan berdua Walau aku bukan siapa-siapa Bukan kerabat jauh, apalagi saudara dalam genetika Namun, aku dan engkau berdua  Adalah sama sebagai sebuah Bangsa Yaitu, Indonesia tercinta Negeri Indonesia kita  Adalah Negeri dengan beragam agama Negeri dengan beragam seni dan budaya Maka satukanlah mereka dalam cinta Harapan anak-anak negeri bertumpu kepadamu Engkau tak sekedar presiden Partai Gerindra Tetapi, engkau presiden dan Wakil Presiden Indonesia Kami ucapkan Selamat kepada engkau berdua Bapak Prabowo dan Mas Gibran Rakabuming Raka Telah resmi sebagai Pemimpin Indonesia Maka, dengarkan pesan kami rakyat Indonesia Bersikaplah adil untuk semua Membuka kritik dari siapa saja Dan tidak otoriter, tetapi bijaksana Dalam setiap kebijakan, maupun impl...

POLITIK SERIBU WAJAH

 POLITIK SERIBU WAJAH Entah mengapa ? Engkau beli "Kitab hitam" itu. Entah telah berapa Bab engkau membaca. Dan mengimplementasikan dalam dunia politik kita. Engkau telah miliki "ajian seribu wajah". Dari "wajah Drakula" hingga "wajah pendeta". Hingga kami menjadi tak mengerti. Yang mana strategi ?. Dan yang mana jati diri ? Wajah dan gerakmu tampak tak ada beda. Dalam mimbar-mimbar politik. Maupun aksi nyata di PEMILU kita. Kami tak mengerti  Sungguh kami tak mengerti. Antara "hipokrit" dan "jati diri" Maka lahir prasangka di dada kami. Telah "buram" mata kami memandang. Semua warna menjadi sama. Tak lagi ada warna biru  Tak lagi ada warna hijau Dan tak lagi ada warna lainnya. Kecuali abu-abu yang tampak di mata. @ Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 27 Sept 2024 waktu pagi.

NASAB KITA

 NASAB KITA Nasabku Nasabmu Nasab kita, adalah sama Nasab dari bapak Adam dan Ibu Hawa Nasabmu Nasabku Dan nasab kita adalah sama Bukanlah dari nasab monyet atau pun kera Aku ..... Kamu...... Dan kita ...... Tak ada yang lebih mulia Kecuali dalam takwa kepada Sang Maha Kecuali dalam kebaikan, dan hormat untuk sesama Engkau Kyai..... Engkau Habib..... Atau Sayyid....... Atau siapa saja Adalah mulia ketika takwa menjadi jiwa Ketika kasih dan kebaikan untuk sesama menjadi jubahnya.  Engkau Kyai...... Engkau Habib...... Atau Sayyid....... Atau siapa saja Akan menjadi ternista Ketika kejahilan bertahta dalam jiwa. Ketika lisan tidak terjaga dan suka menghina Dan ketika empati terhadap sesama tak lagi ada @ Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 16 Juni 2024. 

SELAMAT MILAD MUHAMMADIYAH KE 115 H

  SELAMAT MILAD MUHAMMADIYAH KE-115 H Muhammadiyah itu namamu Engkau ......... Satu dari dua Benteng utama Peradaban Nusantara Benteng Republik Indonesia tercinta. Engkau telah cukup tua dalam usia. Seratus lima belas dalam hitungan tahun hijrahnya nabi  Sejak Muhammadiyah berdiri Dalam seratus lima belas tahun usia usia Engkau setia dan ikhlas membangun Indonesia. Dengan berpuluh ribu lembaga pendidikan Anak-anak bangsa engkau cerahkan. Dengan ribuan Rumah sakit. Anak-anak Bangsa engkau sehatkan.  Maka...... Terimakasih aku ucapkan dengan cinta Aku berharap dan berdoa Kiprah mu lestari sepanjang masa. Wisdom tetap menjadi jiwa. Dengan Al-Qur'an sebagai Panduan utama. Bersama cahaya Muhammad al-Mustafa yang tertancap di dada. Tetaplah moderat dalam pemikiran Tetaplah moderat dalam aksi di tengah kemajemukan. Tetaplah menjadi pencerah peradaban  Dan tetaplah menjadi pelindung kemanusian Dalam semesta yang berperikemanusiaan dan berkeadilan. Jangan izinkan fanatisme me...

SELAMAT JALAN TUAN

 SELAMAT JALAN TUAN Delapan ratus juta jiwa Keluar dari rumah-rumah mereka Mengibarkan bendera duka Untuk pemimpin yang dicinta Sayyid Ebrahim Raisi Sang Pemimpin negara Mereka turun ke jalan karena kehendak Tuhan. Mereka turun ke jalan untuk menghormat Sang Pahlawan Yang gugur di pegunungan Azerbaijan. Ucapan duka juga datang dari tokoh-tokoh dunia di berbagai negara. Untuk pahlawan Islam pembela Palestina  Untuk Pembela kemanusiaan yang disingkirkan Untuk Pembela keadilan yang dikuburkan. Untuk Pembela "ruh Islam yang dicampakkan". Menyaksikan tayangan ulang  jenazahmu disholatkan Oleh ratusan ribu kepala yang menyimpan duka. Entah mengapa ? Mataku turut berkaca-kaca. Seperti pulahan tahun silam Saat saksikan prosesi pemakaman Prof. Baharudin Lopa Sang Pendekar keadilan. Saat saksikan Prof. Syafi'i Ma'arif dikebumikan. Saat saksikan Gusdur diantar para Santri menghadap Tuhan. Serta berderet nama Pendekar kemanusiaan. Selamat jalan Pejuang keadilan Selamat jalan pahl...

UNTUKMU GURU AKU BERDO'A

 UNTUKMU GURU AKU BERDO'A Entah kemana etika pergi Dan tara Krama menjadi langka Banyak manusia mengumbar ambisi Dan menyuburkan prasangka  Saat takdir kematian itu datang bersamaan Dua guru dan sembilan siswa gugur dalam pengabdian Dalam mengembangkan cakrawa hati dan pikiran Namun sayang, kegiatan bhaktimu digunjingkan Cuitan prasangka terus mengalir di media sosial kita. Lisan menghujat, Solah suci dan bersih dari dosa Beralamat untuk para guru Indonesia  Yang mulai dilupakan jasa-jasanya. Dari balik jendela Aku dengar rintih duka Bukan karena gaji kecil yang ia terima Tetapi, nyanyian ketidak percayaan yang terus dilantunkan Pengabdian untuk negeri yang diragukan Untuk mu guru..... Dari balik jendela aku turut berdoa Semoga ikhlasmu tetap menyala di dada Walau gajimu setara dengan sepuluh bungkus ditergen Dayya Walau harga dirimu sedang diinjak-injak oleh mereka. Yang gagal menangkap fakta Yang amnesia terhadap kiprahmu dalam membangun bangsa. Mereka lupa, tentang sia...

ZAMAN KITA

 ZAMAN KITA Entah zaman apa namanya saat ini Saat setiap fenomena lahir dalam kontradiksi Zaman ketika jumlah sarjana meningkat Tetapi, akal sehat terlihat semakin terikat Zaman ketika dunia kesehatan melaju cepat Tetapi, kualitas kesehatan manusia semakin buruk, dan sekarat Zaman ketika metode pendidikan terus ditingkatkan Tetapi, moralitas generasi baru semakin terlindas. Zaman taklim agama menjamur dimana-mana  Tetapi, maksiat dan kriminalitas tak berhenti menjadi juara Entah mengapa ini terjadi ? Adakah ia sebuah tanda Tentang zaman kita yang telah tua. Tentang tanda hancurnya dunia yang hampir tiba Atau ada kesalahan dalam Pendidikan Tinggi kita. Atau ada kesalahan dalam Pendidikan dasar kita Atau ada kesalahan dalam kegiatan di majelis taklim kita Mungkinkah fenomena ini menggila  Karena etika telah sekarat dan hampir mati di hampir di segala sisi Etika terhimpit kapitalisme dalam semua kondisi Dan ikhlas pun sulit untuk tegap sendiri. @Ma'ruf Abu Said Husein, Boyol...

ATAS NAMA DEMOKRASI

 ATAS NAMA DEMOKRASI Sejak semula Jauh hari sebelum puncak pesta tiba Mereka telah saling tuding tak ber-etika Saling tuding melanggar aturan dalam pesta Hari pesta telah lama beranjak pergi Telunjuk mereka tetap saling tuding dan enggan berhenti Ada apa di kepa-kepala mereka ? Entahlah, aku tak mengerti Mungkinkah "wisdom" telah mati Hatinya tercengkeram gurita ambisi. Mereka ramai saling berkata-kata Kalian curang telah melanggar aturan permainan. Politik uang,   Memainkan kekuasaan,  Dan menyebarkan fitnah,  Serta berderet kalimat kecurangan yang saling dilontarkan. Kami rakyat biasa  Wajar jika kami kecewa Ketika selesai pesta, tak lagi tersisa tertawa Ekonomi masyarakat lesu Sebab ketidakpastian tak segera berlalu. Bosan kian hadir menggurita di dada kami Ketika mereka enggan berhenti bernyanyi Dendangkan syair dan nada penuh ambisi Atas nama sebuah demokrasi @ Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 21 Maret 2024.

AKU PINJAMKAN KEPADAMU SERATUS RIBU

 AKU PINJAMKAN KEPADAMU SERATUS RIBU   Aku datang kepadamu Aku perkenalkan diriku Sebagai pahlawan Sebagai Pembela kebenaran Hingga empat belas Februari tahun ini   Aku yakinkan dirimu dengan janji-janji Yang engkau dengar dan saksikan bersama di mimbar terbuka Maupun di layar kaca yang tersembunyi di balik saku celana     Tak hanya itu Aku pinjami engkau seratus ribu Selanjutnya terserah aku Seperti persetujuanmu   Jangan pernah salahkan aku Jika negara tak maju Jika undang-undang tak berpihak padamu Dan engkau menjadi tumbal kekuasaan ku   Saat topengku aku buka Engkau tak boleh kecewa Engkau harus menerima Sebab engkau akan mengalami “tuna kuasa”.   @Ma’ruf Abu Said Husein, Simo, 7 Februari 2024          

DEBAT PERTAMA PARA CALON RAJA

 DEBAT PERTAMA PARA CALON RAJA Debat pertama telah dibuka Debat para calon raja dihadapan para pandita Kami rakyat pinggiran Menyaksikan dari kejauhan. Diam-diam, kami mulai mebaca nalarmu Adakah nalarmu berpijak pada fakta Atau sekedar menyajikan ide-ide utopia Yang hanya tampak indah, tetapi selalu terbang tinggi bersama kepak sayap kata-kata. Diam-diam, kami mengeja jiwa para calon raja Apakah engkau bijaksana Atau menyimpan bergudang amarah dibalik tampilan mempesona. Dan senyum yang terkesan terpaksa. Diam-diam, kami menafsir gestur dan gerak tubuhmu Apakah engkau jujur Atau suka menipu Bersama kicau merdu yang mendayu-dayu Dengan janji-janji kosong sebagai mantra sihirmu. Diam-diam kemi mulai mengerti Bahwa diantara anda, mempunyai hobi berkelahi Engkau tak menyuguhkan keunggulan gagasan untuk kemajuan Tetapi lebih suka menghakimi, dan membunuh kepribadian Untukmu para tuan calon raja Walau kami bukan jajaran para pandita Izinkan kami menitip pesan untuk anda semua. Tampilkan...

SEPOTONG RASA

 SEPOTONG RASA Di tengah bising suara Cuat-cuit anak-anak bersuka ria di Taman Wisata Terdengar burung camar terbang datar  Dan menyampaikan sepotong kabar Tentang percik api yang akan membakar kapal. Aku bersegera melompat dan berlari Tinggalkan raga seorang diri. Entah mengapa ? Sepotong bayangan menusuk tubuhku beulang kali Saat mataku menghilang dan bersembunyi Delapan tahun aku tak mengerti Tentang sebuah ekspresi. Ekspresi lampiaskan cinta atau benci. Atau entah apa lagi Ini hanyalah sepotong rasa Yang lahir dari bergudang berita Perlahan aku mulai belajar mengeja Dan membaca tanda-tanda yang tersisa. Tentang benci yang bersembunyi Tentang cinta yang tak lagi nyata Berserakan diantara puing-puing canda dan tawa yang tak utuh bentuknya Terkubur dalam lembaran-lembaran hari Dan tersimpan rapi dalam laci yang terkunci @ Ma’ruf Abu Said Husein, Umbul Pelem, Klaten, 11 Des 2023.

MILAD MUHAMMADIYAH KE -111

 MILAD MUHAMMADIYAH KE-111 Muhammadiyah  Engkau ......... Satu dari dua Benteng utama Peradaban Nusantara Benteng NKRI tercinta. Engkau telah cukup tua dalam usia. Seratus sebelas dalam hitungan Masehi Sejak Muhammadiyah berdiri Selama waktu usia Engkau setia dan ikhlas membangun Indonesia. Dengan berpuluh ribu lembaga pendidikan Anak-anak bangsa engkau cerahkan. Dengan ribuan Rumah sakit, Anak-anak Bangsa engkau sehatkan.  Maka...... Terimakasih kuucapkan dengan cinta Aku berharap dan berdoa Kiprahmu lestari sepanjang masa. Wisdom tetap menjadi jiwa. Dengan Al-Qur'an sebagai Panduan utama. Bersama cahaya Muhammad al-Mustafa yang tertancap di dada. Tetaplah moderat dalam pemikiran Tetaplah moderat dalam aksi di tengah kemajemukan. Tetaplah menjadi pencerah peradaban Dan tetaplah menjadi pelindung kemanusian Dalam semesta yang berkeadilan. Jangan izinkan fanatisme membabi buta Menginap di rumah kita  Walau hanya satu malam saja Jangan izinkan kedangkalan dan “kekakuan...

MENGINGAT SUMPAH SETIA UNTUK INDONESIA

 MENGINGAT SUMPAH SETIA UNTUK INDONESIA Sebentar lagi waktu istimewa itu tiba Tanggal bersejarah bagi para Pemuda Indonesia Dua puluh delapan Oktober mereka mengikat jiwa Dalam satu Bangsa Dalam satu bahasa Dalam satu Tanah air Bernama Indonesia. Untuk satu cita, yaitu Merdeka Dalam dudukku diam terpaku Ribuan wajah membayang nyata Duduk melingkar mengikat janji setia. Dalam semangat untuk Merdeka Membunuh koloni Bangsa Eropa Mereka bersumpah untuk negeri Bukan untuk kepentingan diri Mereka berkumpul tanpa memandang bahasa yang berbeda Mereka berkumpul tanpa warna kulit yang tak sama Mereka berkumpul untuk Indonesia. Berkat sumpah setia mereka untuk Indonesia Merah putih berkibar di setiap jengkal tanah Indonesia Tak ada lagi “Rodi” dan “Romusa” Mesin produksi duka lara, dan sengsara Dan koloni Eropa pun terusir dari bumi Nusantara. Masih dalam kesendirian duduk terpaku Melintas ribuan wajah  Yang semula memanggul semangat bergelora mengusung Merdeka Kini dirundung kecewa Saat...

WISDOM DAN PRASANGKA

WISDOM DAN PRASANGKA Malam ini Aku ingin berkata-kata Dengan jemari sebagai sebagai penyambung lidahnya Pada android layar Maya, tempat silaturrahmi kita Tentang wisdom dan prasangka Saat tubuhku terduduk di Teras muka Kawan ........ Entah mengapa tiba-tiba hati bertanya... Telah Tahukah kita tentang petaka jiwa ? Yaitu petaka bernama prasangka Sebuah gerak tercengkeram benci Kawan....... Mari kita lihat dan baca tentang berjuta fakta Mari lihat dan baca tentang berjuta opini tentang cinta Tentang cakrawala Tentang keagungan Sang Maha Atau tentang apa saja Yang terhampar di setiap penjuru semesta Namun....... Saat prasangka mengusik jiwa Logika harus tetap sebening kaca Bersama heningnya kontemplasi jiwa Hingga wisdom hadir menjelma @ Ma'ruf Abu Said Husein, 27 Agustus 2023. Pukul 21.30 wib. 

GURUKU, GURU SWASTA

 GURUKU, GURU SWASTA Wahai guruku, guru swasta Tetap berjuanglah bapak dan ibu guru demi  negara Demi anak-anak bangsa Jaga ikhlasmu di dada Walau terinjak ketidakadilan Yang terpinggirkan oleh aturan dan aturan Entah apa yang menjadi tujuan. Semoga bukan untuk mencekik lehermu agar mati kelaparan Guru swasta  Engkau berangkat paling pagi Engkau pulang di sore hari Honormu kurang dari seperlima pegawai negeri Bahkan jauh dibawah para kuli Guru swasta Dimataku engkau mulia Dimata Tuhan InsyaAllah engkau adalah Pahlawan Guru swasta engkau luar biasa Terlebih engkau yang usianya mulai menua Yang modalnya hanya ikhlas di dada Sungguh aku bangga InsyaAllah engkau mulia di sisi Sang Maha.  Guru swasta Ini sebuah ungkapan rasa Tentang kekaguman di dada Untukmu guru swasta yang mulai menua Guru swasta Ini sebuah ungkapan rasa Bukan pidato hiburan para komedian Tapi takjubku padamu wahai Pahlawan @Maruf Abu Said Husein, Simo, 23 Agustus 2023

TAHUN FITNAH

 TAHUN FITNAH Aku dengar sebuah nama Yang disematkan pada tahun Pemilu kita Sebagai tahun politik untuk bangsa Tahun menata kembali masa depan Indonesia Waktu semakin dekat Untuk sampai pada dua ribu dua puluh empat Aroma bangkai fitnah merusak rasa Bagai anyir darah yang hancurkan selera makan kita Menipu menjadi hal biasa Mengumpat dan mencaci tak asing di telinga Dari lisan para politisi kita Dari lisan sebagian pemuka agama Dari lisan akademisi yang berdiri di menara gading keilmuannya Bahkan dari lisan-lisan dalam setiap kelompok manusia yang tergoda syahwat politiknya. Hingga tirani pemikiran mencengkeram kepala.  @ Ma’ruf Abu Said Husein, Simo, 19 Agustus 2023. 

PANGGUNG KEMERDEKAAN KITA

 PANGGUNG KEMERDEKAAN KITA Merdeka.... Alhamdulillah, aku memuji Sang Maha Merdeka...... Alhamdulillah, Aku ucap sebagai do’a Dan ungkapan syukur kepada Yang Maha Segala Panggung kemerdekaan telah berdiri Di lapangan sebelah timur kampung kami Panggung untuk memperingati Hari kemerdekaan Indonesia Panggung untuk bersyukur kepada Tuhan Sang Pencipta Tangan-tangan para pemuda berkumpul dalam satu meja Mengepalkan tinju mempersiapkan agenda Melawan lelah, berjuang membunuh masalah  Bersama sisa-sisa tenaga sepulang dari tempat-tempat mereka bekerja Tuhan Aku mengira Engkau tersenyum bangga Saksikan para Pemuda gigih memperjuangkan cinta Bukan cinta birahi Tetapi cinta suci untuk Sang Nabi Cinta suci untuk bumi pertiwi Di panggung kemerdekaan Komando cinta Muhammad akan dikumandangkan Menggugah beribu jiwa Untuk bersama senandungkan cinta. @ Ma’ruf Abu Said Husein, Simo, 15 Agustus 2023.

DISKON HUKUM PIDANA KITA

 DISKON HUKUM PIDANA KITA Selasa pagi beredar berita Tentang Petikan Kasasi pembunuhan berencana Matinya Brigadir Yusua Telah ciptakan bergunung kecewa bagi bapaknya Lahirkan kecewa tanpa batas bagi ibunya Lahirkan kecewa bagi siapa saja Yang inginkan keadilan terjaga Hukuman mati itu telah berganti Menjadi seumur hidup  Hukuman Dua puluh tahun itu telah hilang setengahnya Hukuman Tiga belas tahun berganti delapan tahun tersisa Lima belas tahun menjadi sepuluh tahun, entah akan berkurang lagi berapa ? Entahlah, aku tak mengerti rumus cara  berhitungnya Aku tak faham pasal-pasal memotong perkara. Aku hanya mengerti Tentang banyaknya mereka yang kecewa Dibalik berlangsungnya “diskon hukum pidana” tentang kematian Yosua. Begitulah obrolan warung koboi di pinggir jalan raya Obrolan para rakyat jelata di pos kampling-poskampling desa Obrolan para pedagang kaki lima saat menunggu datang pembelinya. Obrolan-obrolan mereka-mereka yang mengalami “tuna kuasa”. Diskon hukuman terpid...