Langsung ke konten utama

Postingan

RELIGION AND VIOLENCE* (K.H. Ahmad Dahlan's perspective)

 *RELIGION AND VIOLENCE* (K.H. Ahmad Dahlan's perspective) This article was inspired by the dialogue snippet from the film "The Enlightenment" which was adapted from the historical novel by Akmal Nasery Basral.   Let's consider the following dialogue excerpt: "What is actually called religion, Kiai?"  Ask a student to KH Ahmad Dahlan. KH Ahmad Dahlan actually took the violin and played the song "Asmarandana" to lull the students. Then he asked, "How did you feel after hearing the music earlier?" "I feel the beauty, Kiai," replied Daniel. "It's like a dream," said Sangidu. "All problems seem to suddenly disappear, peaceful," added Jazuli. "So peaceful," said Hisman. "Well, that's religion," replied KH Ahmad Dahlan. "Religious people are people who feel beauty, a sense of serenity, peace because the essence of religion itself is like music. It protects and envelops it." Aft...

TERIMAKASIH DARI SANG BUKAN PRESIDEN

 *TERIMAKASIH DARI SANG BUKAN PRESIDEN* Salam sejahtera untuk rakyat Indonesia. Melalui mimbar maya aku berkata. Tentang yang hidup dalam jiwa. Tentang terimakasih tiada Tara. Engkau yang Petani. Engkau yang nelayan. Engkau yang Tentara atau Polisi. Dan engkau yang ada di segala profesi. Aku sampaikan terimakasih tiada tara. Telah menjadi guru bagi tunas-tunas Indonesia. Dimasa pandemi Corona. Dari gubuk-gubuk pinggir sawah Dari rumah setengah megah. Maupun dari apartemen, vila atau rumah mewah. Engkau ajarkan Matematika. Engkau ajarkan teknologi, Engkau ajarkan etika, bahasa  maupun maupun agama. Engkau telah menjadi guru untuk tunas-tunas negeri walau tanpa honor atau gaji. Maka aku katakan Dari lubuk hati paling dalam. Terimakasih ...telah menjadi guru.  Untuk putera - Puteri dari bapak dan ibu. Terimakasih telah membangun Indonesia. Semoga Indonesia semakin berjaya. Salam dari saya Yang bukan Presiden Indonesia. * Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 22 Juni 2021. https://la...

KASIH TAK BERBATAS

 *KASIH TAK BERBATAS* Aku dengar rintihnya Aku rasa sakitnya Rasa pahit di mulutmu Sesakkan rongga dadaku. Mungkin itulah makna Kasih orang tua tak ada batasnya. Ini soal rasa.... "Sense of experience" kata para sarjana Rasa ini adalah anugerah Agar manusia tak lupa sejarah Sebelum Manusia menjadi dewasa. Ia adalah bayi yang lemah dalam gendongan ibunya. Anak yang tak berdaya tanpa bimbingan bapaknya. Maka itu..... Ingatlah jasa ibumu Ingatlah jasa bapakmu Yang jasanya tak ternilai oleh harta Yang kasih mereka tak ada batasnya. Bhaktimu untuk mereka adalah tanda. Imanmu telah sempurna. *Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 2 Juni 2021.  https://langitpuisi-indonesia.blogspot.com

PALESTINA

 PALESTINA Palestina Ku dengar tangismu Ku dengar jeritmu Diantara gemuruh desing peluru Lengking tangis bayi Yang mendadak diam tertembak mati Begitu burung camar sampaikan kabar. Tentang Palestina yang terbakar Tentang kemanusiaan yang terdongkel. Oleh kebiadaban Zionis Israel. Debu mesiu dan ganas peluru Merobek dada tubuh renta Pecahkan kepala bayi dalam pelukan ibunya.  Berpuluh buldozer tumbangkan rumah warga. Ini bukan fiksi Ini gambar nyata Tentang Palestina Tentang negeri yang terinjak kebiadaban. Oleh sebuah bangsa yang mengaku sebagai pilihan Tuhan. Wahai saudara Palestina memanggil kita Untuk menjadi manusia Datanglah padanya dengan do'a Datanglah padanya dengan dukungan kata-kata. Datanglah padanya dengan apa yang engkau rela. * Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 19 Mei 2021. https://langitpuisi-indonesia.blogspot.com

DUKA YAMAN

 DUKA YAMAN Asap duka mengepul ke Angkasa. Tinggalkan Isak tangis dan berjuta butiran air mata. Untuk empat puluh anak-anak yang pergi menghadap Illahi. Tertembak mati oleh tentara koalisi Saudi. Menyusul saudaranya yang lebih dulu tertembak mati. Sepuluh tahun perang berlalu Ciptakan derita Korban tak hanya tentara Rakyat jelata Anak-anak dan wanita Jadi sasaran mesiu kebiadaban. Dari bumi Indonesia ku dengar tangismu. Dari bumi Nusantara ku dengar jerit pilumu. Kidung duka terdengar semakin nyata. Diantara lengking jerit yang meradang. Bersama dentuman senapan kebiadaban. Dari mereka yang mengaku saudara. Sebagai sesama bangsa. Maupun sesama penganut agama. Dalam duka yang memenuhi isi dada. Aku hanya sanggup lantunkan do'a. Semoga kabaikan senantiasa dianugerahkan. Untuk yang pergi maupun yang ditinggalkan. Semoga damai Yaman segera  didatangkan oleh Tuhan. * Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 18 Mei 2021.

KERINDUAN

 *KERINDUAN* Seperti biasa Setiap pagi Ia duduk di Teras muka Dalam tatapan kosong Menahan kerinduan di dada Hanya kebul asap menjadi teman setia Hampir sebulan hanya mampir sebentar saja Ketika lantunan adzan Maghrib berkumandang Tak genap lima menit pergi menghilang Sesekali ia bertanya Tentang kabar di nan jauh sana Empati di dada datang tiba-tiba Mengenang rindu menggebu Dalam jiwa yang resah Ketika darah lama terpisah Ku lihat binar bahagia hadir di wajahnya Mendengar dering telephon di saku celana Seolah yakin ada kabar bahagia Akan datang suara-suara hadir menyapa. Sungguh terlihat nyata Tentang kerinduan yang tersimpan Di balik peci hitam Tentang kerinduan yang menggelora Divalik tubuh renta Yang selalu duduk di Teras muka. *Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 8 Mei 2021

INSPIRASI TANPA HENTI

 *INSPIRASI TANPA HENTI* Terimakasih ku ucapkan  Jembatan kemajuan telah engkau ciptakan. Bukan dengan singgasana Bukan dengan emas permata Tetapi...... Dengan pendidikan untuk anak - anak bangsa. Ki Hajar Dewantara Namamu terukir indah di langit Nusantara. Ikhlasmu laksana Mentari. Pancarkan cahaya inspirasi tanpa henti. Aku percaya.. Engkau tersenyum bangga di alam sana Saksikan guru-guru Nusantara Guru yang ikhlas mengabdi Walau tanpa gaji Maupun tunjangan sertifikasi. Terdapat berjuta Pecinta Seperti Pak Untung  Sang guru dari Madura Beramal ikhlas untuk bangsa Berjuang membangun Nusantara. Bermodal inspirasi dari mu Ki Hajar Dewantara. Darah juang telah engkau wariskan. Dalam jiwa-jiwa anak bangsa Dalam gedung-gedung mewah di tengah-tengah kota. Maupun gubug reot pendidikan di pinggiran-pingiran desa. Aku terpaksa .... Katakan ini kepadamu Ki Hajar Dewantara. Darah juang yang engkau wariskan Telah mulai di telan zaman. Kapitalisme Perlahan menerkam banyak korban. Hed...

BERAKHIRNYA

 *BERAKHIRNYA PENANTIAN* Berhari-hari kami menanti. Kabar baik tentang Nanggala 402. Yang hilang tertelan Samudera. Ribuan kali kami berdoa. Untuk kembalinya para Perwira. Penantian telah berakhir. Bersamaan datangnya kabar berita. Nanggala terpecah menjadi tiga.  Mendung duka  Menggelantung di langit Nusantara.  Ucapan bela sungkawa Mengalir deras di medsos kita. Cinta Nusantara telah engkau buktikan Kepada kami anak-anak negeri. Selamat jalan kami ucapkan. Untukmu para Pahlawan. Namamu akan terukir di hati kami rakyat Indonesia. Sebagai Pahlawan bahari Nusantara. * Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 26 April 2021.

BAHAGIA KITA

 BAHAGIA KITA Bahagia itu rasa Dalam beragam warna Dalam berbagai bentuk dan ukuran yang berbeda Bermukim dalam semua strata Bahagia itu tidak pada rumah megah Tidak juga pada mobil mewah Bahagia itu hadir  Dalam hati yang tidak kikir Bahagia itu bersemayam di dada Seorang hamba yang bersyukur atas karunia Sang Maha. Sungguh ini adalah haq dan nyata Bukan hiburan kata-kata Apalagi bualan untuk lupakan realita Ini Adalah kebenaran  Yang hadir dari Tuhan Melalui kereta perenungan Atas fakta  Penghuni rumah megah dan mobil mewah Juga rakyat jelata Penghuni rumah-rumah sederhana di pinggiran desa- desa. * Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 30 Maret 2021. https://langitpuisi-indonesia.blogspot.com .

TELAH TUAKAH BUMI KITA ?

 TELAH TUA KAH BUMI KITA ? Adakah ini tanda Bahwa bumi kita benar2 telah tua Satu demi satu bunga surgawi dipetik dari dunia ini. Seolah aroma surgawi kurang wangi. Dalam hitungan bulan. Ratusan lentera telah diambil Tuhan. Dan maksiat semakin menggila Di tengah gulita zaman. Kemaksiatan dianggap biasa Dosa dan pahala tak lagi ada Kecuali dalam majelis kecil kaum pinggir. Kecuali pada kepala yg tak enggan berfikir. Kecuali pada hati yang tak dibiarkan mati Globalisasi telah meniupkan sihirnya Beribu juta manusia telah menjelma Menjadi manusia tanpa kepala Menjadi manusia bermulut drakula Menjadi manusia tak takut dosa. Mari pegang dua pusaka  Wasiat suci Muhammad al-Mustafa. Yaitu Al-Qur'an firman Tuhan  Hadis nabi dan ahlul baitnya yang disucikan. Dengannya Setan Globalisasi akan pergi. Dengannya globalisasi akan merahmati. * Ma'ruf Abu Said Husein, 24 Februari 2021. http://langitpuisi-indonesia.blogspot.com

DUNIA BARU PENDIDIKAN KITA

 DUNIA BARU PENDIDIKAN KITA Satu tahun telah berjalan Sejak Corona hadir di dunia kita Tatap muka diharamkan dalam dunia pendidikan Semua demi kesehatan Ujian Nasional ditiadakan Baik di Mdrasah-Madrasah  Atau pada sekolah-sekolah keumuman  Kelulusan pun menjadi berbeda LULUS-nya pun lulus "berstempel Corona" Tak ada yang tahu kapan berahirnya bencana Planing penyelesaian terus mundur ke belakang  Kaum akar rumput pun setia menunggu Menunggu dan terus menunggu Entah kapan musibah berlalu. Dalam hati aku bertanya Mungkinkah ini "Dunia Baru Kita" ?. Dunia bermasker dan berhand sanitizer. Dunia tubuh berjarak  Dunia yang menuntut sikap lebih bijak  * Ma`ruf Abu Said Husein, Cepogo, 23 Februari 2021     

WAJAH MULIA AL-MUSTAFA

 WAJAH MULIA AL-MUSTAFA Alhamdulillah, kiriman kitab kitab Asyamaailul Muhammadiyah telah kuterima. Kitab yang ditulis oleh Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saudah, atau yang lebih populer dengan sebutan imam Tirmidzi ini merupakan Kitab Agung. Sebuah kitab yang merupakan "Kaca benggala" untuk menyaksikan Kepribadian Agung dari Muhammad SAW.  Kitab Agung yang dipengantari oleh Syekh Muhammad Al-Muntaqi Al-Kasynawi ini memuat kepribadian Rasulullah Muhammad SAWW yang terekam dalam kitab-kitab hadits.  Melihat Daftar Isi pada halaman depan kitab ini yang menyajikan 55 bab telah terlihat wajah mulia Muhammad Al-Mustafa. Maka aku pun tak sanggup untuk tidak memujinya:        *WAJAH MULIA AL-MUSTAFA* Wahai saudara.. Ku kabarkan kepadamu tentang manusia mulia. Sebagai ketetapan Tuhan Pemilik semesta. Dalam "asy- Syama-il" Kesempurnaan jasmaniah tergambar nyata. Keluhuran budi tak terlihat cacatnya. Itu lah pribadi Muhammad Al-Mustafa. Aku mulai membaca Dari Bab ...

SALAM UNTUKMU PUTRI RASUL AKHIR ZAMAN

 SALAM  UNTUKMU PUTRI RASUL AKHIR ZAMAN Salam atasmu wahai bunda Fatimah. Salam atasmu wanita penuh Rahmah. Salam atasmu teladan wanita shalehah. Ku panjatkan doa untukmu di hari wiladah Salam untukmu Ya ummi Hasan Wal Husein. Salam untukmu Ya Sayyidatu nisa'il 'alamin. Engkau teladan kesederhanaan. Potret ajaran nabi akhir zaman. Tentangmu nabi bersabda Engkau wanita penghulu Surga Mencintaimu bukti keimanan Mencintaimu disyariatkan Tentangmu sejarah bercerita Engkau teladan kemanusiaan Engkau teladan dalam cinta dan kehidupan. Salam alaiki Ya Putri Rasul akhir zaman. * Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 17 Januari 2021

GEMPA

 GEMPA Keluar berhamburan Bersama jerit ketakutan Saat bumi berguncang  Dan rumah-rumah pun tumbang Dari jauh ku dengar tangismu Dari jauh ku dengar ratapan pilu Rengek bocah yang ditinggal mati ibunya. Jerit wanita yg di tinggal mati suaminya. Bencana gempa tinggalkan duka Duka untukmu di jauh sana Duka untuk kami sebagai saudara Saudara sebagai bangsa Saudara sebagai ummat manusia Bersama ini kutitipkan secuil doa Semoga dianugerahi ketabahan  Untukmu yang ditinggalkan Semoga dalam kasih Sang Maha Tinggi Untukmu yang telah pergi. * Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 17 Januari 2021. https://langitpuisi-indonesia.blogspot.com

TUGAS KITA

 *TUGAS KITA* Dalam Waktu yang tidak terlalu lama Entah telah berapa nama Orang-orang alim dipanggil Sang Maha Hati pun bergetar dibuatnya Benteng-benteng peradaban Telah Telah berjatuhan  Para penjaga akhlak mulia Bergantian menghadap Sang Maha Kesedihan ummat datang bertubi Sebab para alim pergi silih berganti Wahai saudara.... Sedih kita tak boleh terlalu lama Bersiaplah segera Siapkan Benteng penjaga peradaban kita Ini tugas kita bersama Ciptakan kader-kader bangsa Yang Cinta Nusantara Yang Cinta damai Indonesia *Simo, 15 Januari 2021 https://puisi-indonesia.blogspot.com

BIRUL WALIDAIN

 *BIRRUL WALIDAIN* Lihatlah ibumu kalau engkau bisa Kalau engkau di tempat jauh lihatlah fotonya Sadari bahwa engkau ada karena ia ada Supaya dihatimu berkembang cinta Ingatlah karena kasihnya Engkau dewasa Engkau berjaya Engkau menjadi manusia Sempatkan engkau menyapa Secara langsung atau lewat udara Jangan terlambat menyapa Hingga ia tak mampu lagi berkata Jika engkau mampu untuk membantu Jangan biarkan waktu berlalu Setetes keringat tenagamu Sepeser rupiah hasilmu  Akan membuat ia bahagia Jika engkau berikan dengan cinta Sapaan kasihmu akan membuat ia menjadi bangga Jangan engkau tidak datang Ketika ia memanggil dengan kerinduan Membuat ia kesepian Dengen ketidakhadiranmu pada saat yg dibutuhkan Akan membuat hatinya merana Apalagi di usia tua *Ma'ruf Abu Said Husein; 23 Des 2015.

LALAIKAH KITA

 *LALAIKAH KITA* Di saat mereka mulai lengah. Tak lagi menganggap ada wabah. Menutup telinga atas himbauan pemerintah. Covid lebih gencar menyerang. Dan akhirnya mereka pun tumbang. Akan lebih banyak lagi jatuh korban. Jika peringatan tak lagi diindahkan. Jika egoisme dinomersatukan. Dan penyesalan pun hadir belakangan. Adakah Covid itu cara Tuhan. Untuk menguji kesabaran. Untuk memberi kita  ibrah penuh. Laksana kaum Nuh. Yang tenggelam oleh banjir. Karena kikirnya para pandir. Walau kabar berita tak sebesar semula. Tetapi korban hadir lebih nyata. Maka..... Berhati-hati dan waspada. Adalah kebenaran utama.   *Ma'ruf Abu Sa'id Husein https://langitpuisi-indonesia.blogsot.com

REPUBLIK TERCINTA

 REPUBLIK TERCINTA Wahai saudara...... Aku katakan kepadamu tentang sesuatu Tentang kemungkinan Yang telah menjelma menjadi kenyataan Jika "ruh khawarisme" menyekap dada. Jika "ruh khawarisme" mengikat isi kepala. Maka...... Kekejaman atas nama agama akan menjelma. Nalar tak lagi berfungsi. Nurani perlahan sekarat, dan mati. Dan Vandalisme pun akan lebih  menggila. Kekerasan atas nama kesucian agama akan semakin nyata. Takbir memuja Tuhan Hanya berhenti di tenggorokan. Hingga kekuasaan Tuhan tak akan mampu mereka rasakan. Dan tindak kekerasan Disebut pengabdian kepada Tuhan. Di Republik kita tercinta Geliat khawarisme, terlihat semakin nyata. Menentang kekuasaan berideologi Pancasila. Meneror kedamaian di dada Meneror kedamaian di sosial kita Wahai saudaraku semua Waspadai diri anda Waspadai putra-putri anda Pastikan kita merdeka Pastikan mereka merdeka Dari khawarisme baru menyekap dada Dari khawarisme baru, racun isi kepala. Wahai saudara..... Ini nasihat keprihat...

SEDIH DAN KECEWA

 SEDIH DAN KECEWA Sedih itu hadir hari ini Kecewa itu datang turut serta Ketika...., ketika...., ketika mata Saksikan jiwamu disekap amarah yang menggila Hingga nalarmu pun tak berdaya. Dan cacimu pun lahir karenanya Jubah itu tak lagi bercahaya Sorban itu tak lagi tampak mulia Ketika olok-olok telah naik tahta Ketika menghina menjadi bangga. Entah mengapa ? Entah bagaimana ? Dan entah kemana ? Nurani bermigrasi Hingga kata "lonthe" pun berameliorasi.  Dari celoteh kaum berandalan Bermigrasi ke mimbar keagamaan. Aku boleh tak suka..... Engkau boleh tak suka...... Tapi...... Jangan katakan "Lonthe" kepada wanita untuk menghina Apalagi di ruang terbuka. Sebab itu hanya akan turunkan wibawa. * Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 15 November 2020.

SANTRI

 SANTRI Santri..... Ia tonggak lahirnya bangsa kami. Santri...... Ia masa depan negeri ini. Dalam Madrasah Nalar dan hati di asah Hingga anak bangsa tak pincang dalam memandang Hingga anak bangsa tak tertinggal oleh zaman Nalar dan hatimu padu Bergerak seimbang untuk maju Hingga engkau tak arogan Walau bermahkota ilmu pengetahuan Engkau adalah matahari Pengusir kegelapan seluruh negeri Engkau harapan bangsa Harapan bagi kemajuan Indonesia Harapan kedamaian beragama Harapan kesejahteraan yg merata. * Ma'ruf Abu Said Husein (Jebolan Santri Ponpes Al-Manar, Tengaran, Semarang), Simo, 22 Oktober 2019.