Langsung ke konten utama

Postingan

PULANGLAH SAYANG

 PULANGLAH SAYANG Wahai anak-anakku. Aku bangga atas semangatmu yg menggelora. Fungsikan statusmu sebagai mahasiswa. Sebagai agen perubahan Indonesia. Namun....... Aku sedikit kecewa. Ketika lengking suaramu  Kurang substantif  Nadanya sedikit merusak telinga. Hingga mudah ditumpangi pihak ke-tiga.  Untuk kepentingan nafsu mereka Pulanglah anakku sayang  Tajamkan logikamu  Asah rasa empatimu Dengan lebih akrab kepada buku. Dengan berlatih "menjadi" orang di luar dirimu. Pulanglah anakku sayang Jangan usir rasa malu dlm berkata hal "yang saru". Kita ini Nusantara  Tak baik sronok dalam berkata-kata Tak baik sronok dipamerkan Anakku sayang. Tak ingin aku engkau ditumbalkan  Untuk kepentingan para Drakula Yang tak ragu menghisap darah siapa saja  PULANGLAH anakku sayang. Persiapkan dirimu tuk ciptakan Indonesia gemilang.  Engkau boleh menjadi apa saja Tapi, tak perlu membuang gaya Nusantara. Simo, 28 September 2019.

ARBA'IN

 ARBA'IN  Telah tiba ..... Empat puluh hari syahid cucu al-Mustafa. Arba'in Al-Husein bersama tujuh puluh dua anggota keluarga. Yang terbunuh di Karbala. Membaca...., mendengar... kembali sejarah itu. Di dada terasa gemuruh pilu. Kebenaran dicampakkan Tergilas kereta kekuasaan Tersapu jahilnya kekuasaan Dan itu, atas nama kebenaran. Ini sejarah penghianatan atas nama kebenaran. Ini sejarah peri kebinatangan. Walau ratusan tahun telah berlalu. Mendung kesedihan masih bergelantung tebal di hati orang-orang beriman.  Sebagai ibrah perjuangan. Sebagai ibrah pengabdian. Sebagai ibrah tentang Istiqomah dalam iman. * Ma'ruf Abu Said Husein, Salatiga, 26 September 2021.

KEPAK SAYAP KEPRIHATINAN

 KEPAK SAYAP KEPRIHATINAN Di hadapanmu Aku tundukkan wajahku Engkau mengira itu hormatku. Padahal aku malu dan tak ingin melihat telanjangmu. Di hadapanmu Aku diam tak bicara Engkau mengira aku setuju. Padahal aku menghemat suaraku  Dan merasa mubadzir berkata-kata. Jika telingamu enggan mendengarnya. Wahai tuan yang mulia. Sebenarnya, Sungguh aku ingin bertanya. Apakah engkau tak pernah berkaca ?. Hingga berjalan ke sana ke mari tanpa busana.  Adakah malumu telah pergi. Hingga rasamu pun mati. Ini prihatinku Biar kucatat dalam ingatanku. Agar aku tak lupa untuk berdoa. Agar malumu kembali ke dada. Ini kata, bukan kata kebencian. Ini kepak sayap keprihatinan. Untuk jiwa-jiwa merdeka. Untuk lebih bijak dan bersahaja. * Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 24 September 2021. https://langitpuisi-indonesia blogspot.com   .

SELAMAT JALAN PAK HABIBI

 SELAMAT JALAN PAK HABIBI Matahari tenggelam diufuk barat Bersamanya ruh sucimu terbang ke langit. Lambaian tangan bahagia terlihat nyata Berkendara bergudang amal kebaikan untuk bangsa Untuk kebaikan ummat manusia Duka bercampur bangga terasa di dada Saksikan Sang teknokrat kembali kepada Sang Maha Hangat di kelopak mata mulai terasa Butiran air menetes, entah mengapa. Bagiku engkau teladan bagi semua  kepala keluarga Dalam membangun keharmonisan cinta Dalam meniupkan ruh kebangsaan pada generasi penerus kita.    Bagiku engkau Teladan seluruh anak bangsa Untuk membangun negeri Untuk mencintai Indonesia dengan sepenuh hati. Dari tempat yang tak dekat Dari madrasah kecil di tempat agak terpencil. Kami ucapkan SELAMAT JALAN Pak Habibi. Semoga engkau selalu dalam Ridho Sang Maha Tinggi Ma`ruf Abu Said Husein, 12 Septemper 2019.

SAKSI KEHIDUPAN

 SAKSI KEHIDUPAN Di depan layar kehidupan Aku duduk terpaku dalam diam Entahlah... Jemariku terus memeriksa huruf merangkai kata Dalam keyboard layar maya Walau..... Aku sedikit ragu Adakah ini berguna ? Tiba-tiba yakinku pun bangkit Bahwa..... Pintalan kata-kata kebajikan  Akan menjadi nasihat diri Sekaligus sebagai saksi pada hari perhitungan Pada hari, tiada yang berguna kecuali kebajikan Ahirnya.... Teruslah berkata-kata Berkata-kata yang berguna Untuk diri dan sesama   *Ma`ruf abu Said Husein, 3 September 2021

OH YAMAN

 OH YAMAN Aku dengar samar Jerit ribuan Balita yg lapar Berlindung di camp pengungsian Dari serbuan serdadu utusan "sang raja". Jerit kelaparan memenuhi angkasa. Mengetuk nurani setiap hati. Untuk selamatkan empat ratus ribu bayi terancam mati. Ratusan ribu janda ditinggal mati suami. Desing peluru tak berhenti  bertalu Menjadi musik horor laksana hantu. Hadir tak mengenal waktu. Merobek gendang telinga. Tinggalkan tangis duka. Oh Yaman Aku dengar jeritmu Oh Yaman Aku dengar tangismu Oh Yaman Maafkan aku, hanya doa untukmu. Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 26 Agustus 2021. https://langitpuisi-indonesia blogspot.com

BULAN KEMERDEKAAN

 BULAN KEMERDEKAAN Merdeka... Merdeka.... Merdeka..... Kibarkan merah putih di halaman rumah kita. Pasang twibbonize merdeka di rumah Maya. Kenang perjuangan di bulan kemerdekaan.  Nyalakan semangat di dada. Kuatkan rasa kebangsaan kita. Untuk Indonesia tercinta. Tujuh puluh enam tahun kita bangun negara. Tujuh puluh enam tahun kita bangun nasionalisme Indonesia.   Menuju kemakmuran...... Menuju keadilan berkemanusiaan. Lumbung pangan kami ciptakan. Untuk kemakmuran bersama sebagai bangsa. Dari rakyat hingga pejabat. Dari ujung timur hingga ujung barat. Lumbung pangan kita cipta. Bukan untuk segelintir orang saja. Bukan untuk para tikus dan anjing penjaga. Bukan pula untuk para Drakula. Penghisap darah anak negeri di masa pandemi. Mari hormat bendera kita. Sebagai wujud cinta Indonesia. Mari tundukkan kepala dalam doa.  Untuk para pahlawan. Yang telah gugur di Medan juang. * Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 1 Agustus 2021.

SELAMAT MILAD DAN PERBAHARUI TEKAD

 *SELAMAT MILAD DAN PERBAHARUI TEKAD* Satu abad lebih dua belas tahun usiamu. Engkau lebih tua dari Republik kita. Tak terhitung kontribusimu untuk bangsa. Dari Kauman Yogyakarta engkau bermula. Pelan tapi pasti Engkau tebarkan pencerahan ke seluruh penjuru negeri. Nama besarmu terbangun dari kesalehan. Untuk kemajuan dan kemanusiaan. Untuk Indonesia berjaya Untuk Islam sebagai rahmat semesta. Dalam usiamu yang semakin tua. Kiprahmu semakin terlihat jelas dan nyata. Untuk Indonesia Raya. Untuk Islam berjaya Untuk kemanusiaan di seluruh belahan dunia. Fajar pencerahan terus engkau pancarkan Tak lekang termakan usia. Tetap tegar Tak terkoyak terus memancar. Walau tangan-tangan oportunis tak berhenti mencakar.  Di hari lahirmu aku berkata Selamat milad Untuk terus memperbaharui tekad. Di seratus dua bela usia  Semoga Engkau terus berjaya. Untuk Indonesia raya. Untuk kemanusiaan di seluruh  semesta.  * Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 22 Juli 2021

SELAMAT DATANG DI MADRASAH KITA

Tiga Tahun pelajaran telah berjalan. Proses Belajar kita hanya  dari rumah-rumah saja. Corona menghalangi kita Untuk bertemu muka Selamat datang anak-anak. Selamat datang ibu-bapa Dalam MATSAMA Madrasah kita. Salam sehat untukmu anak-anak Indonesia. Tetaplah semangat walau tak bertemu muka. Wahai anak-anak Indonesia. Tajamkan nalarmu dengan silogisma. Luaskan wawasanmu dengan ilmu  sosial kita. Kuatkan rohanimu dengan risalah agama. Wahai anak-anak Indonesia Aku katakan kepadamu Tentang awal Pendidikan terpadu  Model pendidikan yang digagas para pendahulu. Di Kementria Agama Kita. Sejak Indonesia merdeka. Itulah Madrasah tempat belajar kita. Di sini nalarmu akan diasah Di sini jiwamu akan ditempa. Di sini rohanimu akan dikembangkan. Menjadi insan utama. Insan yang maju dalam prestasi. Insan yang luhur dalam Budi pekerti. Insan yang berguna Bagi kejayaan Indonesia. *Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, Senin, 12 Juli 2021.

PAGEBLUK

 PAGEBLUK Aku menyebutnya Pagebluk Zaman bencana melanda Kematian merajalela dimana-mana Dari hari ke hari. Toa masjid tak pernah sepi. Siarkan berita kematian. Bunyi sirine ambulan di jalan Menambah suasana mencekam. Kata Inna lillahi wa Inna ilaihi raji'un. Paling banyak terlihat di group WA kita Teman-teman Pengajian kita Teman-teman berolahraga kita. Teman-teman sekolah kita Teman-teman bekerja kita  Tiba-tiba menghadap Sang Maha. Pasukan Corona terus berkeliaran mencari mangsa. Menuntut manusia Untuk lebih waspada Untuk lebih banyak berdo'a. * Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 11 Juli 2021. https://langitpuisi-indonesia.blogspot.com

KITABAN MUAJJALA

*KITABAN MUAJJALA* Kabar kematian datang bertubi. Di lingkup tetangga kita di desa. Di lingkup kawan dan handai Tolan dalam kota kita Dan dalam lingkup Nusantara tercinta Terpampang jelas dan nyata di medsos kita. Begitulah ketika 'kitaban muajjala' telah tiba. Kitaban muajjala Adalah takdir yang ditetapkan. Setiap anak manusia hanya mampu menunggu jatah giliran. Kitaban muajjala adala waktu yang telah ditetapkan. Ia datang tak memandang usia. Maka ...... Setiap manusia harus mempersiapkan kehadirannya.  Kitaban muajjala  Tidak tabu untuk anak2 usia Balita Tetap pantas untuk remaja yg sedang mekar laksana bunga. Dan sebuah kewajaran bagi setiap kepala anak Adam  yang di kepalanya penuh uban penuh uban. Kitaban muajjala Tak bisa dimajukan Kitaban muajjala Tak bisa dimundurkan. Kitaban muajjala adalah takdir yang telah di tetapkan. Kitaban muajjala' adalah nasihat tertinggi kehidupan. * Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, Jum'at, 9 Juli 2021.

RELIGION AND VIOLENCE* (K.H. Ahmad Dahlan's perspective)

 *RELIGION AND VIOLENCE* (K.H. Ahmad Dahlan's perspective) This article was inspired by the dialogue snippet from the film "The Enlightenment" which was adapted from the historical novel by Akmal Nasery Basral.   Let's consider the following dialogue excerpt: "What is actually called religion, Kiai?"  Ask a student to KH Ahmad Dahlan. KH Ahmad Dahlan actually took the violin and played the song "Asmarandana" to lull the students. Then he asked, "How did you feel after hearing the music earlier?" "I feel the beauty, Kiai," replied Daniel. "It's like a dream," said Sangidu. "All problems seem to suddenly disappear, peaceful," added Jazuli. "So peaceful," said Hisman. "Well, that's religion," replied KH Ahmad Dahlan. "Religious people are people who feel beauty, a sense of serenity, peace because the essence of religion itself is like music. It protects and envelops it." Aft...

TERIMAKASIH DARI SANG BUKAN PRESIDEN

 *TERIMAKASIH DARI SANG BUKAN PRESIDEN* Salam sejahtera untuk rakyat Indonesia. Melalui mimbar maya aku berkata. Tentang yang hidup dalam jiwa. Tentang terimakasih tiada Tara. Engkau yang Petani. Engkau yang nelayan. Engkau yang Tentara atau Polisi. Dan engkau yang ada di segala profesi. Aku sampaikan terimakasih tiada tara. Telah menjadi guru bagi tunas-tunas Indonesia. Dimasa pandemi Corona. Dari gubuk-gubuk pinggir sawah Dari rumah setengah megah. Maupun dari apartemen, vila atau rumah mewah. Engkau ajarkan Matematika. Engkau ajarkan teknologi, Engkau ajarkan etika, bahasa  maupun maupun agama. Engkau telah menjadi guru untuk tunas-tunas negeri walau tanpa honor atau gaji. Maka aku katakan Dari lubuk hati paling dalam. Terimakasih ...telah menjadi guru.  Untuk putera - Puteri dari bapak dan ibu. Terimakasih telah membangun Indonesia. Semoga Indonesia semakin berjaya. Salam dari saya Yang bukan Presiden Indonesia. * Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 22 Juni 2021. https://la...

KASIH TAK BERBATAS

 *KASIH TAK BERBATAS* Aku dengar rintihnya Aku rasa sakitnya Rasa pahit di mulutmu Sesakkan rongga dadaku. Mungkin itulah makna Kasih orang tua tak ada batasnya. Ini soal rasa.... "Sense of experience" kata para sarjana Rasa ini adalah anugerah Agar manusia tak lupa sejarah Sebelum Manusia menjadi dewasa. Ia adalah bayi yang lemah dalam gendongan ibunya. Anak yang tak berdaya tanpa bimbingan bapaknya. Maka itu..... Ingatlah jasa ibumu Ingatlah jasa bapakmu Yang jasanya tak ternilai oleh harta Yang kasih mereka tak ada batasnya. Bhaktimu untuk mereka adalah tanda. Imanmu telah sempurna. *Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 2 Juni 2021.  https://langitpuisi-indonesia.blogspot.com

PALESTINA

 PALESTINA Palestina Ku dengar tangismu Ku dengar jeritmu Diantara gemuruh desing peluru Lengking tangis bayi Yang mendadak diam tertembak mati Begitu burung camar sampaikan kabar. Tentang Palestina yang terbakar Tentang kemanusiaan yang terdongkel. Oleh kebiadaban Zionis Israel. Debu mesiu dan ganas peluru Merobek dada tubuh renta Pecahkan kepala bayi dalam pelukan ibunya.  Berpuluh buldozer tumbangkan rumah warga. Ini bukan fiksi Ini gambar nyata Tentang Palestina Tentang negeri yang terinjak kebiadaban. Oleh sebuah bangsa yang mengaku sebagai pilihan Tuhan. Wahai saudara Palestina memanggil kita Untuk menjadi manusia Datanglah padanya dengan do'a Datanglah padanya dengan dukungan kata-kata. Datanglah padanya dengan apa yang engkau rela. * Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 19 Mei 2021. https://langitpuisi-indonesia.blogspot.com

DUKA YAMAN

 DUKA YAMAN Asap duka mengepul ke Angkasa. Tinggalkan Isak tangis dan berjuta butiran air mata. Untuk empat puluh anak-anak yang pergi menghadap Illahi. Tertembak mati oleh tentara koalisi Saudi. Menyusul saudaranya yang lebih dulu tertembak mati. Sepuluh tahun perang berlalu Ciptakan derita Korban tak hanya tentara Rakyat jelata Anak-anak dan wanita Jadi sasaran mesiu kebiadaban. Dari bumi Indonesia ku dengar tangismu. Dari bumi Nusantara ku dengar jerit pilumu. Kidung duka terdengar semakin nyata. Diantara lengking jerit yang meradang. Bersama dentuman senapan kebiadaban. Dari mereka yang mengaku saudara. Sebagai sesama bangsa. Maupun sesama penganut agama. Dalam duka yang memenuhi isi dada. Aku hanya sanggup lantunkan do'a. Semoga kabaikan senantiasa dianugerahkan. Untuk yang pergi maupun yang ditinggalkan. Semoga damai Yaman segera  didatangkan oleh Tuhan. * Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 18 Mei 2021.

KERINDUAN

 *KERINDUAN* Seperti biasa Setiap pagi Ia duduk di Teras muka Dalam tatapan kosong Menahan kerinduan di dada Hanya kebul asap menjadi teman setia Hampir sebulan hanya mampir sebentar saja Ketika lantunan adzan Maghrib berkumandang Tak genap lima menit pergi menghilang Sesekali ia bertanya Tentang kabar di nan jauh sana Empati di dada datang tiba-tiba Mengenang rindu menggebu Dalam jiwa yang resah Ketika darah lama terpisah Ku lihat binar bahagia hadir di wajahnya Mendengar dering telephon di saku celana Seolah yakin ada kabar bahagia Akan datang suara-suara hadir menyapa. Sungguh terlihat nyata Tentang kerinduan yang tersimpan Di balik peci hitam Tentang kerinduan yang menggelora Divalik tubuh renta Yang selalu duduk di Teras muka. *Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 8 Mei 2021

INSPIRASI TANPA HENTI

 *INSPIRASI TANPA HENTI* Terimakasih ku ucapkan  Jembatan kemajuan telah engkau ciptakan. Bukan dengan singgasana Bukan dengan emas permata Tetapi...... Dengan pendidikan untuk anak - anak bangsa. Ki Hajar Dewantara Namamu terukir indah di langit Nusantara. Ikhlasmu laksana Mentari. Pancarkan cahaya inspirasi tanpa henti. Aku percaya.. Engkau tersenyum bangga di alam sana Saksikan guru-guru Nusantara Guru yang ikhlas mengabdi Walau tanpa gaji Maupun tunjangan sertifikasi. Terdapat berjuta Pecinta Seperti Pak Untung  Sang guru dari Madura Beramal ikhlas untuk bangsa Berjuang membangun Nusantara. Bermodal inspirasi dari mu Ki Hajar Dewantara. Darah juang telah engkau wariskan. Dalam jiwa-jiwa anak bangsa Dalam gedung-gedung mewah di tengah-tengah kota. Maupun gubug reot pendidikan di pinggiran-pingiran desa. Aku terpaksa .... Katakan ini kepadamu Ki Hajar Dewantara. Darah juang yang engkau wariskan Telah mulai di telan zaman. Kapitalisme Perlahan menerkam banyak korban. Hed...

BERAKHIRNYA

 *BERAKHIRNYA PENANTIAN* Berhari-hari kami menanti. Kabar baik tentang Nanggala 402. Yang hilang tertelan Samudera. Ribuan kali kami berdoa. Untuk kembalinya para Perwira. Penantian telah berakhir. Bersamaan datangnya kabar berita. Nanggala terpecah menjadi tiga.  Mendung duka  Menggelantung di langit Nusantara.  Ucapan bela sungkawa Mengalir deras di medsos kita. Cinta Nusantara telah engkau buktikan Kepada kami anak-anak negeri. Selamat jalan kami ucapkan. Untukmu para Pahlawan. Namamu akan terukir di hati kami rakyat Indonesia. Sebagai Pahlawan bahari Nusantara. * Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 26 April 2021.

BAHAGIA KITA

 BAHAGIA KITA Bahagia itu rasa Dalam beragam warna Dalam berbagai bentuk dan ukuran yang berbeda Bermukim dalam semua strata Bahagia itu tidak pada rumah megah Tidak juga pada mobil mewah Bahagia itu hadir  Dalam hati yang tidak kikir Bahagia itu bersemayam di dada Seorang hamba yang bersyukur atas karunia Sang Maha. Sungguh ini adalah haq dan nyata Bukan hiburan kata-kata Apalagi bualan untuk lupakan realita Ini Adalah kebenaran  Yang hadir dari Tuhan Melalui kereta perenungan Atas fakta  Penghuni rumah megah dan mobil mewah Juga rakyat jelata Penghuni rumah-rumah sederhana di pinggiran desa- desa. * Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 30 Maret 2021. https://langitpuisi-indonesia.blogspot.com .