KEPAK SAYAP KEPRIHATINAN
Di hadapanmu
Aku tundukkan wajahku
Engkau mengira itu hormatku.
Padahal aku malu dan tak ingin melihat telanjangmu.
Di hadapanmu
Aku diam tak bicara
Engkau mengira aku setuju.
Padahal aku menghemat suaraku
Dan merasa mubadzir berkata-kata.
Jika telingamu enggan mendengarnya.
Wahai tuan yang mulia.
Sebenarnya, Sungguh aku ingin bertanya.
Apakah engkau tak pernah berkaca ?.
Hingga berjalan ke sana ke mari tanpa busana.
Adakah malumu telah pergi.
Hingga rasamu pun mati.
Ini prihatinku
Biar kucatat dalam ingatanku.
Agar aku tak lupa untuk berdoa.
Agar malumu kembali ke dada.
Ini kata, bukan kata kebencian.
Ini kepak sayap keprihatinan.
Untuk jiwa-jiwa merdeka.
Untuk lebih bijak dan bersahaja.
* Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 24 September 2021.
https://langitpuisi-indonesia blogspot.com
.
Komentar
Posting Komentar
http://docs.google.com/form/d/e/1FlpQLSccIIPZXwEvXGNfeQuue-SSiD5c0_eMs2LkpRjZpz22WpEG2w/viewform