Langsung ke konten utama

Postingan

GAGALNYA EDUKASI PANDEMI

GAGALNYA EDUKASI PANDEMI Corona.... Perhatian untukmu terlihat hampir sirna. Wajah angkermu tak terlihat lagi. Hanya Sekedar hiasan masa media tiap pagi. Walau taringmu terlihat berlumur darah. Dan engkau tak berhenti mengejar mangsa dengan berlari. Tapi mereka cuek dan tak takut lagi. Sebab tuntutan perut kosong yg harus terisi Atau sebab gagalnya edukasi. Memakai masker hanya takut didenda. Mencuci tangan dg sabun belum terbiasa. Hand sanitizer telah turun harga. Jika terus begini... Memutus rantai pandemi Adalah omong kosong tak punya arti. Laksana dagangan buah segar yg sepi pembeli. * Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 1 Juli  2020.

ANEH

ANEH Iblis di medsos makin menggila Ia sampaikan kebatilan berjubah agama Hingga si fulan bin fulan dan fulan bin fulan lainnya menjadi pembenci sesama. Bukankah itu tidak diajarkan al-Mustafa. Anehnya........ Ideologi macam ini mulai banyak dipuja. Dengan hujjah "kebenaran" mereka kafirkan saudara Bahkan ulama pun dikafirkan. Ulama bijaksana Dianggap tak jelas agamanya. Ulama suarakan persatuan  Ia sebut corong setan. Selanjutnya aku berfikir Mungkinkah dunia sudah tua Hingga hampir tiba kah waktunya al-Mahdi muncul ke dunia.

RONDU KEKASIH

*RINDU KEKASIH* Di tengah sepinya malam Hati terasa tenteram. Hati terasa nyaman. Hati terasa tenang. Saat mata nurani Saksikan jiwa-jiwa penuh cinta. Jiwa yang sepi dari Angkara Jiwa yang merdeka Jiwa yang terbebas dari cengkeraman tipu daya dunia. Sungguh bahagia Engkau hadir menyapa Saat kulantunkan sholawat untukMu Untuk ahlul baitmu yang kami cinta Dengan bibir dan lidahku yg penuh dosa. Entah mengapa ? Hati berdebar saat menyebut nama-nama. Laksana Sang pemuda menyebut nama kekasihnya. Ya Muhammad nabi suci Ya Ali pintu gerbang ilmu nabi Ya Fatimah, wanita mulia Ya Hasan wali Husein Pemuda Surga Bahagia aku sebut asma indahmu semua. Di akhirat izinkan aku bersama Dalam ridho Tuhan Pemilik semesta  * Simo, 30 Mei 2020 dini hari.

DERITA GARUDA

DERITA GARUDA Entah sampai kapan waktunya ? Garuda menitikkan air mata. Melangkah gontai menahan derita. Para pecundang tak berhenti menghisap darahnya. Kaum pinggiran gagal membela Sebab derita tuna kuasa Hingga hanya bisa sampaikan iba. Rintih tangismu kudengar selalu. Namun ...... Seperti mereka, aku hanya mampu mendengar saja. Maafkan aku kawan Hanya bisa sedih dalam diam. Dengan tangis yang aku pendam. * Simo, 29 Ramadhan 1441 H

SALAH SIAPA ?

SALAH SIAPA ? Bagai tsunami Badai "BST" mengkoyak-koyak kami. Kebersamaan terjegal "ketidakadilan". Sebab data yang tak jelas sumbernya. Hingga bantuan, tak tepat tujuan. Aku tak tahu ...... Ini salah siapa ? Yang aku tahu pak RT jadi kambing hitamnya. Walau engkau tak mengerti apa-apa. Aku yakin hatimu sedih Aku yakin hatimu pedih Saksikan mereka Kaum mustadh'afin tak terdata Dan "BST" hanya iming-iming yang sesakkan dada. Aku yakin hatimu gundah gulana Aku yakin batinmu tersiksa Sebab saksikan tawa bercampur duka. Sebab saksikan bahagia bercampur kecewa. * Simo, 17 Mei 2020 http://maharajapuisi.blogspot.com

SALAM ALAIKA YA ALI

SALAM ALAIKA YA ALI Salam alaika Ya Imamul mukminin. Salam alaika Ya aba al-mustadhafiin. Terimalah salam ta'dhim dari kami. Wahai Sang Penjaga risalah nabi. Salam kami untukmu Ya Haidar. Wajah yg membuat dada kaum munafiq gemetar. Salam untukmu Ya Ali. Pintu gerbang ilmunya nabi. Hari ini aku mengingat syahidmu. Dalam sujud Di tikaman Sang Pengecut. Mengingatmu adalah wujud cinta. Sebagaimana Sang Nabi bersabda "Kuntu Maula, fa  Aliyun Maula". Akan aku teguk secawan ilmu kehidupan. Yang telah Rasul wariskan. Yang telah engkau ajarkan

UNTUKMU GURU

UNTUKMU GURU Guruku...... Di tanganmu masa depan kami anak2 bangsa berada. Di tanganmu masa depan Indonesia Ajari kami lembut dlm bertutur kata. Ajari kami untuk peduli kpd sesama. Ajari kami hidup dalam sederhana Nyalakan semangat kami dg harapan. Melalui nyanyian kidung do'a Dalam setiap ta'lim kita Kami memang perlu matematika Kami memang perlu bahasa dunia Kami perlu teknologi penakluk semesta Tapi.... Kami lebih membutuhkan Keteladan dalam kehidupan Kami membutuhkan doa tentang kebaikan Sabda baikmu senantiasa kutunggu Sebagai sabda suci pandita Dan Tuhan pun mencipta. Ma'ruf Abu Said Husein, Blagung, 17 November 2019.

KARANGAN BUNGA

KARANGAN BUNGA Engkau berkata padaku Sebelum terbang ke angkasa Ketika akan tinggalkan dunia Sungguh.... Aku tak perlu karangan bunga. Namun ....... Aku hanya perlu santunan do'a. Ribuan karangan bunga terpajang disana - sini Tak bisa sebagai bekal untuk pergi Sementara..... Satu kalimat do'a Dari lisan ikhlas si miskin papa Hadirkan ampunan Sang Maha. Ma'ruf Abu Sa'id Husein, Simo, 20 November 2019

BIRRUL WALIDAIN

*BIRRUL WALIDAIN* Lihatlah ibumu kalau engkau bisa Kalau engkau di tempat jauh lihatlah fotonya Sadari bahwa engkau ada karena ia ada Supaya dihatimu berkembang cinta Ingatlah karena kasihnya Engkau dewasa Engkau berjaya Engkau menjadi manusia Sempatkan engkau menyapa Secara langsung atau lewat udara Jangan terlambat menyapa Hingga ia tak mampu lagi berkata Jika engkau mampu untuk membantu Jangan biarkan waktu berlalu Setetes keringat tenagamu Sepeser rupiah hasilmu Akan membuat ia bahagia Jika engkau berikan dengan cinta Sapaan kasihmu akan membuat ia menjadi bangga Jangan engkau tidak datang Ketika ia memanggil dengan kerinduan Membuat ia kesepian Dengen ketidakhadiranmu pada saat yg dibutuhkan Akan membuat hatinya merana Apalagi di usia tua *Ma'ruf Abu Said Husein; 23 Des 2015.

TERIMAKASIH TUHAN

TERIMAKASIH TUHAN Entah mengapa Dadaku sesak terasa Dan mataku pun terjaga Padahal fajar belum tiba Wahai Tuhanku Pemilik raga Izinkan jantungku berdetak seperti biasa. Jaga ragaku tetap sehat bersama jiwa Wahai pemilik segala jiwa Pemilik setiap jasad dalam semesta Ku haturkan terimakasih hamba Telah usir sombongku dengan rintih sesak di dada Inna sholatii Wa nusukii Wa mahyaya Wa ma matii Lillahi Rabbil 'alamiin. Ma'ruf Abu Sa'id Husen, Simo 21 Januari 2020.

SABAR

SABAR Tak usah menunggu mendung pergi Jika ingin hadirkan keindahan  pelangi. Teguklah secawan kesabaran. Maka...... Mendung akan tampilkan diri lebih indah dari pelangi. Begitu aku berkata Menghibur rasa Menasehati jiwa Yang tertikam Oleh kepenatan Oleh sibuk yg melelahkan Dan firman Tuhan pun menjelma Menjadi nyata Bahwa kebahagiaan Sering dihadirkan oleh kesabaran Bukan oleh pangkat dan jabatan Bukan oleh banyaknya harta Yang sering membuat banyak orang lupa Membuat banyak orang tersiksa Membuat banya orang celaka. * Ma'ruf Abu Said Husein, 22 Januari 2019.

NUSANTARA BERDUKA

NUSANTARA BERDUKA Kulihat Nusantara sedang gundah gulana Saksikan warganya terjangkit Corona ia Namun...... Sebagian Tak kooperatif menyambut program penyelesaiannya Tak sedikit melakukan profokasi demi ego berbaju agama Nusantara bergumam dalam sedihnya Mengapa......? Demi sehatmu ....... Demi sehat kita semua Engkau enggan sedikit bijaksana Engkau aku minta hanya sementara Ibadahmu jangan dulu di masjid atau gereja Atau tempat berkumpul lainnya Tapi.... Engkau bilang Nusantara "negeri PKI". "Tentang kematian adalah urusan Tuhan kami". "Mengapa engkau melarang-larang kami". "Bukankah ibadah itu hak asasi" Nusantara kembali bergumam dalam duka. Wahai saudara.... Apakah engkau lupa...? Akan perintah Tuhan Sang Maha Agar kita waspada terhadap bencana Dengan ilmu maupun doa. Wahai saudara..... Perintah tak berkumpul ini hanya solusi Sifatnya sementara hingga Corona teratasi. Maka, tolonglah engkau mengerti. *Ma...

SENYUMLAH ENGKAU

SENYUMLAH ENGKAU Senyum lah engkau sewajarnya Tertawalah engkau secukupnya Keduanya bermanfaat untuk tubuh dan jiwa Senyum itu meringankan beban Senyum itu mengusir setan Senyum itu menghambat penuaan Senyum itu diteladankan Rasul Ahir zaman Namun.......... Tertawa berlebihan itu larangan Ia dapat mematikan hati Dan berganti tangis di barzah nanti. Ma'ruf Abu Sa'id Husein, 8 Februari 2020.

MEMUJA TANPA KATA

Menghadiri undangan tasyakuran di Sambirejo. MEMUJA TANPA KATA Dalam ramai para tamu Jiwaku berlari menuju sepi Terdiam tenang menerawang Temukan wajah agung Dalam sederhana Melalui sholawat untuk nabi Bersama keluarganya yg suci. Wahai Muhammad kekasihku Di tengah sepi aku memujimu Dalam getar jiwa di dada Memuja tanpa kata. Ya Muhammad, Ya Ali Ya Fatimah wanita suci Ya Hasan wal Husein cucu nabi Cinta kepada kalian adalah modal kami Untuk menggenggam ridhoNya. Dalam setiap tarikan nafas di dada. Dalam setiap langkah kaki dalam hamparan semesta. Hingga nikmat-Nya tercurah. Terus tersambung, dan tak pernah patah.  *Ma'ruf Abu Sa'id Husein, 6 Maret 2020.

TERJAJAH ANGKARA

*TERJAJAH ANGKARA* Dengan asma Dia Sang Maha Aku mulai membaca Matinya seekor nyamuk Sebab umbar nafsu angkara Terjungkal karena melawan sederhana. Tak berhenti makan Walau perutnya tak mampu menampung makanan. Rasanya tak jauh berbeda Dengan kebanyakan manusia Cenderung menumpuk kekayaan Dan lupa untuk membelanjakan. Dan mereka pun tersiksa. *Ma'ruf Abu Sa'id Husein, 7 Mei 2020.

SALAM UNTUKMU YA HAIDAR

SALAM UNTUKMU YA HAIDAR Sulima wulidu wa yumiitu. Salam sejahtera ketika engkau dilahirkan. Dan ketika engkau di matikan. Begitu kata Tuhan dalam Al-Qur'an. Sampaikan salam kepada Isa Ketika lahir ke dunia Dari rahim Maryam wanita mulia. Malam ini kulayangkan ingatanku Pada ratusan tahun yang telah berlalu. Tentang dilahirkannya manusia mulia. Haidar sang ibu menyebutnya Salam sejahtera Ya Ali Salam sejahtera wahai menantu nabi Salam sejahtera gerbang ilmunya nabi. Salam sejahtera bapaknya anak-anak yatim. Salam sejahtera pembela kaum mustadh'afin. Terimakasih aku sampaikan Melaluimu aku mengetahui Secuil ilmu hikmah dari Sang Nabi Sebagai lampu penerang hati. Ma'ruf abu Sa'id Husein, Simo, 8 Maret 2020.

UNTUKMU SEBUAH DOA

UNTUKMU SEBUAH DOA Di tempat ini aku teringat Tentang seorang sahabat Yang telah mendahului pergi Menghadap Sang Maha Tinggi Walau aku pernah kecewa Sebab geraknya Menggoyang lembaga yg kucinta. Namun aku memaafkannya Aku hanya mau mengingat kebaikanmu Bukan hal lain tentang dirimu Sebab aku merasa Engkau dahulu mengalami Tuna kuasa. Setelah selesai aku sarapan Aku berdoa kepada Tuhan Di tempat kita beberapa kali makan Dengan fateha semoga engkau dirahmati Tuhan. Lahu al-fatehah wa shalawat. *Ma'ruf Abu Sa'id Husein. 12 Maret 2020.

BERGURU BERSAMA SECANGKIR KOPI

BERGURU BERSAMA SECANGKIR KOPI DI KOPI "W" Salatiga. Malam tadi aku teguk secangkir kopi Bersama harapan akan hadirnya pencerahan. Bersama rahamat Tuhan Dalam silaturrahmi bersama kawan-kawan. Hatiku berdegup kencang Saat seorang kawan bercerita tentang Sulaiman. Yang dianugerahi mu'zizat oleh Tuhan. Mengapa demikian ? Begitu ia bertanya. Ternyata........... Sebab Sulaiman tak malu berguru pada siapa saja. Tak malu berguru pada apa saja. Ia berguru kepada burung yang gagal dalam cinta. Sebab cinta masih terbagi dua. Maka..... Ia temukan cinta sejati untuk TuhanNya. Cinta yang tak terbagi dengan lainnya. *Ma'ruf Abu Sa'id Husein, 12 Maret 2020.

SEDERHANA ITU INDAH

SEDERHANA ITU INDAH Sederhana itu indah Sederhana itu berkah Sederhana itu perintah Dari Tuhan Sang Maha gagah. Bermegah-megahan itu larangan Yang membuat manusia lalai mengingat Tuhan. Tenggelam dalam lautan kesombongan. Al-hakumut takatsur Hattazur tumul makabir Kalla saufataklamuun *Ma'ruf Abu Sa'id Husein. 13 Maret 2020.

NUSANTARA BERDUKA

NUSANTARA BERDUKA Kulihat Nusantara sedang gundah gulana Saksikan warganya terjangkit Corona ia Namun...... Sebagian Tak kooperatif menyambut program penyelesaiannya Tak sedikit melakukan profokasi demi ego berbaju agama Nusantara bergumam dalam sedihnya Mengapa......? Demi sehatmu ....... Demi sehat kita semua Engkau enggan sedikit bijaksana Engkau aku minta hanya sementara Ibadahmu jangan dulu di masjid atau gereja Atau tempat berkumpul lainnya Tapi.... Engkau bilang Nusantara "negeri PKI". "Tentang kematian adalah urusan Tuhan kami". "Mengapa engkau melarang-larang kami". "Bukankah ibadah itu hak asasi" Nusantara kembali bergumam dalam duka. Wahai saudara.... Apakah engkau lupa...? Akan perintah Tuhan Sang Maha Agar kita waspada terhadap bencana Dengan ilmu maupun doa. Wahai saudara..... Perintah tak berkumpul ini hanya solusi Sifatnya sementara hingga Corona teratasi. Maka, tolonglah engkau mengerti. *Ma...