“Mengenang Al-Husein, Jejak-jejak Cahaya Keadilan”
Di padang Karbala yang membara,
deru takbir bertemu nyala bara,
seorang cucu Nabi berdiri tegak,
membawa panji cinta yang tak retak.
Al-Husein, jiwa yang tak tergadai,
meski dunia menjanjikan mahkota dan parade,
ia memilih jalan yang sepi dan sunyi,
demi nurani, demi harga diri.
Tak tunduk pada tirani yang congkak,
tak goyah walau maut menatap lekat,
darahnya tumpah bukan untuk sia-sia,
tapi menyirami ladang jiwa merdeka.
Ia ajarkan kita makna keadilan,
bukan sekadar hukum dan aturan,
tapi keberanian menolak kezaliman,
meski harus membayar dengan nyawa dan kehilangan.
Tangis Zainab jadi saksi abadi,
bahwa luka bukan akhir dari janji,
melainkan pelita yang tak pernah padam,
menuntun ummat dari gelap ke dalam salam.
Mengenang Al-Husein bukan sekadar duka,
tapi pembelajaran jiwa yang merdeka:
Bahwa keadilan adalah hak setiap insan,
dan perjuangan adalah bentuk cinta yang sejati dan dalam.
@. Ma'ruf Abu Said Husein, Semarang, 6 Juli 2025
Komentar
Posting Komentar
http://docs.google.com/form/d/e/1FlpQLSccIIPZXwEvXGNfeQuue-SSiD5c0_eMs2LkpRjZpz22WpEG2w/viewform