Elegi Luka dan Cahaya Hikmah
Di relung jiwa yang paling senyap,
Ketika badai merobek senja,
Luka menganga, membasahi harap,
Dan penderitaan menjelma sebagai sahabat setia.
Ia datang bukan tanpa pesan,
Meski pedihnya bagai sembilu tajam.
Setiap tetes air mata yang berjatuhan,
Adalah embun pagi bagi jiwa yang terbenam.
Dari goresan mendalam yang tak terhapus,
Terukirlah kekuatan yang tak terduga.
Mengajar kita tentang sabar yang tulus,
Dan arti bangkit dari abu yang tersisa.
Luka bukan sekadar sayatan di kulit kita,
Ia adalah pintu menuju empati di dada.
Membukakan mata pada jiwa yang terhimpit,
Mengenalkan kita pada cinta yang tanpa batas.
Wahai sayat-sayat luka, Wahai elegi derita,
Engkau guru dalam sunyi,
Engkau menempa hati dari rapuhnya ilusi.
Mengikis ego, mengupas topeng diri,
Menyisakan esensi sejati.
Engkau melodi pilu yang menggetarkan dada,
Mencipta harmoni jiwa.
Mengajarkan kita untuk membuang takut,
Dan menatap esok dengan harapan dan kepasrahan.
Maka, biarkan hati memeluk setiap luka yang pernah singgah.
Karena di dalamnya tersimpan ibrah yang nyata,
Walau mata jiwa terasa berat dalam mengeja.
Ketahuilah bahwa, tak ada pelangi tanpa gerimis,
Dan tak ada bintang tanpa kelamnya malam.
Maka, Luka maupun. derita adalah guru hikmah dalam kehidupan.
@ Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 7 Juli 2025.
Komentar
Posting Komentar
http://docs.google.com/form/d/e/1FlpQLSccIIPZXwEvXGNfeQuue-SSiD5c0_eMs2LkpRjZpz22WpEG2w/viewform