SEKUNTUM DO'A DAN PERSAKSIAN JIWA
Waktu Menjelang subuh tiba,
ketika langit masih berselimut kelam,
kutengadahkan tangan dalam sunyi yang dalam.
Di antara detak waktu yang beringsut perlahan,
kupanjatkan doa, bukan hanya dari bibir — tapi dari keberpihakan.
Ya Tuhan, saksikan malam yang belum selesai ini,
di mana anak-anak Gaza tertidur di puing-puing mimpi,
dan Iran berdiri di antara bara dan badai,
membawa lentera kebenaran meski sebagian saudara muslim diam dan berpangku tangan.
Aku tahu Engkau Maha Mendengar bisik bumi yang remuk,
dan tangis yang tak terekam di layar-layar sunyi.
Maka kutitipkan doa ini dalam embun yang pertama turun,
jadikan saksi, bahwa aku pernah membela yang tertindas,
Walau hanya dalam do'a, dan dukungan dalam barisan kata-kata.
bukan karena bangsa, bukan karena bendera,
tapi karena kebenaran yang Engkau sampaikan di awal segala perkara.
Ya Rabb, bila kelak Hari Pembalasan datang,
dan timbangan amal dibuka dengan terang,
izinkan doa ini jadi bukti bahwa aku tak diam —
bahwa aku berpihak,
pada yang darah yang teraniaya,
pada yang negeri dan langitnya dibombardir dusta.
Pada saudara yang mengesankan Mu dan mempersaksikan kerasulan Muhammad Al-Mustafa.
Untuk Gaza yang dikepung tapi tak pernah menyerah,
untuk Iran yang terus berdiri membela, dan nyawa pun dipertaruhkannya, di tengah saudara, dan negara tetangga diam seribu bahasa.
aku persembahkan sujud dan air mata ini,
sebagai tanda:
aku pernah menyaksikan kebenaran,
dan memilih untuk tidak berpaling dari kebenaran.
@. Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 21 Juni 2025.
Komentar
Posting Komentar
http://docs.google.com/form/d/e/1FlpQLSccIIPZXwEvXGNfeQuue-SSiD5c0_eMs2LkpRjZpz22WpEG2w/viewform