MENUNGGU JANJI
Di bawah cahaya rembulan malam Idul Adha,
Berpuluh ribu guru swasta non sertifikasi tetap teguh berdiri
dengan jasad letih dan doa yang senyap,
menyulam harapan dari sisa semangat yang terkadang lenyap
Bukan pengorbanan yang mereka sesali,
bukan juga waktu yang terus berlari dan berganti
tapi tentang janji-janji yang digantung tinggi,
tanpa tali, tanpa tangga, tanpa bunyi.
Di antara takbir yang menggema di setiap surau dan masjid kita
Mereka tetap menengadah dalam diam,
mengingat anak-anak yang mereka bimbing,
saat mereka sendiri nyaris remuk redam dalam gersang.
Kesejahteraan guru swasta...Itu kata manis yang kerap dijanjikan,
tapi hilang jejaknya di labirin kebijakan.
Apakah pengabdian harus terus diuji,
dengan sabar yang makin tipis tiap hari?
Guru swasta bukan meminta lebih dari semestinya,
hanya menanti hak yang dijanjikan tiba.
Sebab guru juga manusia,
yang punya keluarga, cita, dan belanja.
Namun malam ini,
Mereka tetap bersyukur meski tangan kosong dan hampa.
Karena di pundak mereka
ilmu masih bersinar meski langit gelap dan cahaya tak kunjung tiba
Malam Idul Adha jadi saksi sunyi,
para guru tetap teguh berdiri.
Berselimut sabar, berteman janji,
menunggu—dalam doa yang tak putus lagi.
@ Ma'ruf Abu Said Husein, Simo, 5 Juni 2025 di malam takbiran Idul adha.
Komentar
Posting Komentar
http://docs.google.com/form/d/e/1FlpQLSccIIPZXwEvXGNfeQuue-SSiD5c0_eMs2LkpRjZpz22WpEG2w/viewform